Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengungkapkan alasan Kapal Phinisi Putri Sakina yang tenggelam di Labuan Bajo bisa berlayar saat cuaca sedang ekstrem. Kecelakaan yang terjadi Jumat malam (26/12) ini mengakibatkan tiga warga Spanyol hilang hingga saat ini.
Kapal wisata tersebut mengangkut sebanyak 11 penumpang. Korban terdiri dari tujuh wisatawan asing berkewarganegaraan Spanyol, empat anak buah kapal (ABK), dan satu orang pemandu wisata (tour guide). Dudy mengatakan setiap kapal yang akan melakukan aktivitas pelayaran harus mengantongi izin layar atau surat persetujuan berlayar (SPB) yang dikeluarkan pemerintah.
Kementerian Perhubungan pada saat itu memang mengeluarkan izin layar kepada 186 kapal, salah satunya Kapal Putri Sakina. Namun hal ini dilakukan saat kondisi cuaca memang masih memungkinkan untuk berlayar. Akan tetapi pada saat itu ada titik-titik tertentu yang memiliki gelombang air laut cukup tinggi.
“Hanya ada satu kapal yang berada di titik yang kondisi ombaknya ternyata tiba-tiba berubah,” kata Dudy dalam media briefing di Jakarta, Rabu (31/12).
Pemerintah mulai menutup layanan pelayaran kapal wisata termasuk speed boat di Labuan Bajo mulai Senin (29/12). Hal ini mengacu pada pemberitahuan BMKG terkait gelombang tinggi.
Kendati demikian, dia menyebut terkadang ada kapal-kapal tradisional yang masih berlayar karena kondisi permintaan yang tinggi saat momentum Natal dan Tahun Baru.
“Namun perlu kami ingatkan bahwa karakter cuaca sekarang sudah berubah (dari kondisi dulu),” ujarnya.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi meminta adanya percepatan penanganan kecelakaan kapal Phinisi Putri Sakina. Prasetyo juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, TNI, dan Polri. Kapal tersebut tenggelam di perairan Selat Padar akibat diduga terkena gelombang setinggi dua meter yang mengakibatkan mesin mati.
"Kami memonitor kecelakaan di Labuan Bajo dan kami juga minta kepada seluruh jajaran TNI, Polri, Kemenhub untuk bekerja keras secepat mungkin," kata Prasetyo Hadi di Jakarta, Senin (29/12) dikutip dari Antara.
Prasetyo mengatakan, pemerintah terus mengerahkan bantuan untuk pencarian korban insiden kapal tersebut. Dari informasi yang diterimanya, masih ada korban kecelakaan yang belum ditemukan.
"Kami telah melaksanakan evakuasi dan berhasil menyelamatkan tujuh orang, yang terdiri dari empat awak kapal, seorang guide dan dua penumpang, kemudian yang belum ditemukan ada empat penumpang," kata Kepala KSOP Kelas III Stephanus Risdiyanto di Labuan Bajo, Sabtu (27/12).

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5459645/original/047876700_1767168088-atep.jpg)

