Cemas, Trauma hingga Sulit Tidur, Begini Kondisi Kesehatan Mental Anak Pascabencana

viva.co.id
1 jam lalu
Cover Berita

Jakarta, VIVA – Bencana alam tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan mental anak-anak. Kecemasan, trauma, dan gangguan tidur sering muncul pascabencana, memengaruhi proses belajar dan interaksi sosial mereka sehari-hari. 

Menyadari hal ini, berbagai pihak di Indonesia mulai mengembangkan program pemulihan psikologis yang terstruktur, dengan tujuan mendukung ketahanan mental generasi muda sekaligus mempersiapkan mereka menghadapi risiko di masa depan. Scroll untuk info lebih lanjut...

Baca Juga :
Game Online Jadi Sarang Radikalisme Anak, Densus 88 Bongkar Neo Nazi hingga White Supremacy
BNPT: 112 Anak Terpapar Radikalisme Lewat Game Online dan Media Sosial Sepanjang 2025

Di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, KRESNA HIMPSI, korps relawan bencana di bawah Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), menyelenggarakan rangkaian Psychosocial Support Program bagi anak-anak yang terdampak gempa bumi. Program ini merupakan lanjutan dari capacity building untuk guru yang telah dilaksanakan di Aula BPMP Provinsi Sulawesi Tengah pada 20-21 November 2025. 

Inisiatif tersebut dirancang untuk anak-anak dari berbagai jenjang pendidikan, mulai PAUD, TK, SD, hingga SMP, dengan nama program “Rumah Gembira” untuk anak usia dini dan “Menjadi Lebih Kuat” bagi siswa SMP. 

Kegiatan berlangsung dari tanggal 23 hingga 26 November 2025 dan mencakup pelatihan interaktif, permainan edukatif, hingga simulasi penyelamatan diri atau Integrated Drill Procedure.

Psikolog sekaligus Sekretaris KRESNA HIMPSI, Nur Afni Indahari Arifin, M.Psi., menjelaskan, program ini merupakan respons terhadap gempa yang terjadi pada 17 Agustus 2025. Gempa berkekuatan sekitar 5,8 SR mengguncang Desa Ueralulu, Kecamatan Poso Pesisir, yang menimbulkan dampak fisik dan psikologis signifikan bagi masyarakat, terutama anak-anak dan tenaga pendidik. 

“Kemendikdasmen melibatkan HIMPSI sebagai ahli yang memahami bagaimana melihat kondisi psikologis manusia terkait peristiwa yang menimpanya,” ujar Nur Afni, sebagaimana dikutip dari siaran pers, Rabu, 31 Desember 2025.

Sebelumnya, pada 18 September 2025, HIMPSI telah melakukan pengukuran dampak psikologis pascabencana terhadap 456 siswa. Hasil assessment menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak mengalami kecemasan, ketegangan, dan kekhawatiran berulang, serta mudah merasa takut dalam situasi tertentu. 

Sebagian anak mengalami kesulitan tidur dan mimpi buruk yang berhubungan dengan kecemasan pascabencana. Temuan ini menunjukkan perlunya intervensi psikologis intensif, terutama bagi anak-anak yang rentan dan memerlukan pendampingan berkelanjutan.

Baca Juga :
BNPT Ungkap 21.199 Konten Radikal Sepanjang 2025, Anak Jadi Sasaran Rekrutmen Terorisme
Bikin Geger Warga Cilandak! Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Bocah Diamuk Hingga Nyaris Tewas
Bukan cuma Gaji atau Beban Kerja, Riset Ungkap Alasan Utama Karyawan Resign Adalah Lingkungan Kerja Toxic

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pemerintah Sita 70 Ribu Ton Batu Bara Ilegal di Kutai Kartanegara
• 35 detik laluidxchannel.com
thumb
Hasil Liga Inggris: MU & Chelsea Kompak Imbang di Kandang
• 13 jam lalukumparan.com
thumb
Ramai di Media, Sepi Dampak: Masalah Sunyi Budaya Korporat Digital
• 19 jam lalukumparan.com
thumb
Sinyal dan Listrik Sudah Normal di Aceh Tamiang, Lumpur Masih Jadi Masalah
• 2 jam lalumerahputih.com
thumb
2.000 Personel Gabungan Amankan Car Free Night Tahun Baru 2026 di Jakarta
• 16 jam laluliputan6.com
Berhasil disimpan.