Refleksi Akhir Tahun, IJTI Soroti Kemerdekaan Pers, Badai PHK, hingga AI

okezone.com
6 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA – Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menyampaikan refleksi kritis di penghujung tahun 2025. Dalam pidato akhir tahunnya, Ketua Umum IJTI, Herik Kurniawan, menegaskan jurnalisme televisi Indonesia sedang menghadapi ujian berat.

Ujian tersebut mulai dari badai pemutusan hubungan kerja (PHK), kekerasan, hingga tantangan disrupsi teknologi dan kecerdasan buatan (AI). Herik Kurniawan menyebut tahun 2025 sebagai tahun yang penuh tekanan luar biasa bagi ekosistem pers. 

Tekanan tersebut datang dari himpitan ekonomi, berbagai kepentingan politik, disrupsi digital, hingga masalah keselamatan jurnalis yang belum tuntas.

Baca Juga :
IJTI Prihatin soal Pencabutan Kartu Liputan Reporter Istana

"Dalam catatan IJTI, lebih dari 1.000 jurnalis terkena PHK dari berbagai stasiun televisi baik nasional maupun lokal di tahun 2025. Ini angka yang memprihatinkan. Belum lagi kekerasan terhadap jurnalis yang tengah menjalankan tugas masih terus terjadi," ujar Herik dalam acara Refleksi Akhir Tahun di Jakarta, Rabu (31/12/2025).

1. Disrupsi Digital dan One Man Show

IJTI menyoroti jurnalis televisi hari ini tidak lagi hanya bersaing dengan sesama media, melainkan bertarung melawan algoritma dan banjir informasi dangkal. Herik mengingatkan agar disrupsi digital tidak dijadikan pembenaran untuk menurunkan standar jurnalistik.

"Kecepatan sering dijadikan alasan mengabaikan verifikasi dan viral dijadikan ukuran keberhasilan. Kita tegaskan, jurnalis televisi bukan content creator dan berita bukan konten hiburan. Jurnalisme adalah tanggung jawab publik, bukan lomba cepat," ujarnya,

Baca Juga :
IJTI Kecam Kekerasan terhadap Wartawan TV di Bone

Selain itu, beban kerja jurnalis di lapangan menjadi sorotan tajam.

Fenomena jurnalis yang dipaksa menjadi one-man show—mengerjakan tugas tiga hingga empat orang sekaligus atas nama efisiensi—dinilai membahayakan kualitas berita dan kesehatan mental jurnalis.

"IJTI memandang tidak ada jurnalisme berkualitas dari jurnalis yang kelelahan, tidak terlindungi, dan tidak sejahtera," tutur Herik.

Baca Juga :
IJTI dan Lemhannas Teken MoU Penguatan Wawasan Kebangsaan Jurnalis

2. Proyeksi 2026

Menyinggung situasi setelah Pemilu dan Pilkada, Herik mengingatkan jurnalis sering berada di posisi sulit antara idealisme dan keamanan pekerjaan. Namun, ia menekankan, independensi tidak boleh dikorbankan demi kepentingan jangka pendek siapa pun.

Menatap tahun 2026, IJTI memproyeksikan akan terjadi fase seleksi alamiah. Media yang akan bertahan bukanlah yang paling besar atau paling viral, melainkan yang paling kredibel dan dipercaya publik.

 


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Sambut Tahun Baru, Swara Prambanan Hadirkan Konser Musik & Pertunjukan Budaya | INDO UPDATE
• 9 jam lalukompas.tv
thumb
Kaleidoskop 2025: Darurat Kebakaran Menghantui Permukiman Padat Jakarta Barat
• 12 jam lalukompas.com
thumb
Ratchaburi FC, Kuda Hitam dari Thailand yang Menantang Persib Bandung di Asia
• 19 jam lalugenpi.co
thumb
Arsenal Hancurkan Aston Villa 4-1, Tetap Kokoh di Puncak Klasemen
• 19 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Dari Happy Hapsoro hingga Haji Isam, Reli Saham Konglomerasi Warnai Bursa 2025
• 19 jam laluidxchannel.com
Berhasil disimpan.