Rajin di Kelas, Enggan di Rumah: Gadget dan Menurunnya Minat Belajar Anak

kumparan.com
1 jam lalu
Cover Berita

Mengapa anak bisa begitu fokus mengerjakan tugas di sekolah, tetapi berubah enggan saat berada di rumah? Fenomena gadget dan anak menjadi perhatian dalam dunia pendidikan. Di kelas, mereka duduk rapi dan mengikuti arahan guru. Namun, di rumah, buku sering kalah cepat dari notifikasi dan gim di layar ponsel.

Pengalaman ini kerap saya temui dalam keseharian. Di lingkungan sekolah, anak berada dalam sistem yang terstruktur. Guru hadir sebagai pengarah, jadwal belajar jelas, dan aturan diterapkan secara konsisten. Situasi ini membantu anak menjaga fokus dan menyelesaikan tugas dengan baik.

Keadaan tersebut sering kali berbeda ketika anak pulang ke rumah. Menurut saya, di sinilah peran gadget mulai terasa dominan. Ponsel menjadi hiburan utama yang mudah diakses tanpa batas waktu yang jelas. Perlahan, waktu belajar tergeser dan tugas sekolah mulai ditunda.

Gadget dan Anak dalam Lingkungan Rumah

Kebiasaan menunda tugas sering langsung dianggap sebagai bentuk kemalasan anak. Padahal, jika dicermati lebih jauh, lingkungan rumah memiliki pengaruh besar. Tanpa pendampingan dan aturan penggunaan gadget yang konsisten, anak kesulitan membedakan waktu belajar dan waktu bermain.

Saya melihat anak juga belajar dari contoh di sekitarnya. Ketika orang dewasa di rumah lebih sering memegang ponsel, anak menangkap pesan bahwa layar adalah pusat perhatian. Dalam kondisi seperti ini, kebiasaan belajar yang sudah dibangun di sekolah menjadi sulit dipertahankan.

Sekolah dan keluarga seharusnya berjalan beriringan. Disiplin yang diterapkan di kelas perlu diperkuat di rumah. Gadget tidak harus dijauhkan sepenuhnya, tetapi dikelola dengan kesepakatan yang jelas, seperti menyelesaikan tugas terlebih dahulu sebelum bermain gawai.

Menurut saya, teknologi bukanlah musuh pendidikan. Tantangan utamanya terletak pada cara pengelolaannya. Ketika rumah mampu menciptakan suasana yang mendukung ritme belajar, anak dapat membawa kebiasaan positif dari sekolah ke kehidupan sehari-hari, tanpa harus kehilangan manfaat dari kemajuan teknologi.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
BRI Super League: Persija Bersiap Menjamu Persijap, Bisa Kembali Berkandang di SUGBK
• 6 jam lalubola.com
thumb
Sepanjang 2025, Kasus Riza Chalid hingga Nadiem Jadi Perkara Paling Besar Rugikan Negara
• 14 jam lalurctiplus.com
thumb
Divonis 6 Tahun, Terungkap Kondisi Nikita Mirzani di Penjara, Sang Artis Ungkap Rasa Bersalah ke Anak
• 9 jam lalugrid.id
thumb
Sentuhan Intelijen Polri di Usia 80 Tahun, Sat Intelkam Polres Pelabuhan Makassar Berbagi Kebahagiaan di Panti Asuhan
• 20 jam laluharianfajar
thumb
Kilasan Peristiwa Besar 2025: Polemik Ijazah Jokowi hingga Bencana Banjir dan Longsor Sumatera
• 3 jam lalukompas.tv
Berhasil disimpan.