Mengakali celah tarif Trump jadi peluang, siapkah pelaku usaha?

id.techinasia.com • 5 bulan yang lalu
Cover Berita

Donald Trump berencana menerapkan tarif impor 10 persen untuk semua barang yang masuk ke Amerika Serikat dan lebih dari 60 persen untuk barang dari China jika ia terpilih lagi sebagai presiden.

Kebijakan itu berpotensi mengganggu rantai pasok global dan memicu perang dagang yang lebih luas. Namun, di balik ancaman tersebut, terselip peluang bagi pelaku usaha, termasuk di Indonesia.

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan jajarannya untuk mengantisipasi kebijakan Trump tersebut. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan Indonesia akan memanfaatkan kerja sama dalam kerangka Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional untuk menghadapi potensi gangguan perdagangan.

Pengamat kebijakan perdagangan dan ekonomi internasional dari Center of Reform on Economics, Lucky A Lontoh, mengatakan tarif impor Trump bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke AS dengan syarat tertentu.

Ia menjelaskan, tarif tinggi untuk barang China bisa membuat produk dari negara itu menjadi lebih mahal. Akibatnya, importir AS akan mencari sumber alternatif dari negara lain, termasuk Indonesia, untuk barang-barang yang sebelumnya mereka beli dari China.

"Ini adalah peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke AS, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya didominasi oleh China," kata Lucky kepada TECHINASIA.

Peluang ini, menurutnya, terutama terbuka untuk produk-produk manufaktur seperti tekstil, alas kaki, elektronik, dan furnitur.

Memanfaatkan celah tarif Trump

Lucky mengatakan ada celah dalam kebijakan Trump yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha. Trump berencana memberlakukan tarif untuk semua negara, tetapi kemungkinan akan ada pengecualian untuk negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Indonesia sendiri saat ini tidak memiliki FTA bilateral dengan AS. Namun, Indonesia bisa memanfaatkan skema Generalized System of Preferences, yang memberikan akses bebas bea untuk beberapa produk dari negara berkembang, meski program ini sedang ditinjau ulang oleh AS.

"Pelaku usaha Indonesia perlu aktif mendorong pemerintah untuk segera merampungkan perjanjian perdagangan dengan AS, seperti Critical Minerals Agreement dan mungkin Trade and Investment Framework Agreement, untuk mengamankan akses pasar," ujarnya.

Selain itu, kata Lucky, pelaku usaha bisa memanfaatkan skema tarif differential. Misalnya, jika tarif untuk produk China 60 persen, sementara untuk Indonesia 10 persen, maka produk Indonesia akan lebih kompetitif di pasar AS.

"Pelaku usaha perlu mengidentifikasi produk-produk yang terkena tarif tinggi dari China dan mengekspornya ke AS," sarannya.

Meningkatkan daya saing

Lucky menekankan, untuk memanfaatkan peluang ini, pelaku usaha Indonesia harus meningkatkan daya saing dengan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi. Selain itu, kualitas produk harus ditingkatkan untuk memenuhi standar pasar AS.

Ia juga menyarankan pelaku usaha untuk melakukan diversifikasi pasar. Meski AS adalah pasar ekspor terbesar ketiga bagi Indonesia, ketergantungan yang berlebihan pada satu pasar berisiko tinggi jika terjadi gejolak kebijakan.

"Pelaku usaha perlu mencari pasar alternatif seperti Uni Eropa, Timur Tengah, atau Afrika untuk mengurangi risiko," katanya.

Selain itu, pelaku usaha perlu memperkuat pasar domestik dengan meningkatkan konsumsi dalam negeri melalui substitusi impor dan penguatan industri lokal.

Mengantisipasi dampak tidak langsung

Lucky memperingatkan, kebijakan Trump juga akan berdampak tidak langsung pada Indonesia. Naiknya harga barang impor dari AS bisa mendorong inflasi, sementara pelemahan yuan sebagai respons atas tarif AS bisa membuat produk China lebih murah dan membanjiri pasar Indonesia.

"Pelaku usaha perlu mengamankan pasokan bahan baku dari sumber domestik atau negara lain untuk mengurangi ketergantungan pada China dan AS," ujarnya.

Ia juga menyarankan pelaku usaha untuk memanfaatkan insentif pemerintah, seperti tax holiday dan tax allowance, untuk meningkatkan produksi dan ekspor.

Yang perlu dipersiapkan pelaku usaha

Lucky memberikan beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan pelaku usaha untuk menyambut peluang ini:

1. Mempelajari kebijakan tarif Trump secara detail untuk mengidentifikasi produk-produk yang berpeluang meningkat ekspornya.

2. Memperkuat kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan yang potensial meningkat dari AS.

3. Meningkatkan kualitas produk sesuai standar internasional.

4. Membangun jaringan distribusi dan pemasaran yang kuat di AS.

5. Memanfaatkan fasilitas dan insentif pemerintah untuk meningkatkan daya saing.

6. Melakukan diversifikasi pasar untuk mengurangi risiko.

"Kuncinya adalah kesiapan dan kecepatan bertindak. Pelaku usaha yang mampu beradaptasi dengan perubahan kebijakan dan memanfaatkan peluang akan tetap survive dan bahkan tumbuh di tengah ketidakpastian," pungkas Lucky.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
thumb
7 Negara Asia Penimbun Emas, Tiongkok Nomor Satu
• 7 jam yang lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.