Investasi di kota-kota lapis kedua ASEAN sedang naik daun. Banyak dari kota-kota ini yang menawarkan potensi pertumbuhan tinggi, mirip dengan apa yang dulu ditawarkan kota-kota besar seperti Jakarta atau Bangkok satu dekade lalu.
Laporan dari Bain & Company, bekerja sama dengan DSG Consumer Partners, menyoroti peluang investasi yang besar di wilayah ini. Laporan berjudul "The ASEAN Digital Generation: An Understated Opportunity" ini mengungkap bahwa konsumen di kota-kota lapis kedua ASEAN semakin melek digital dan memiliki aspirasi konsumsi yang tinggi.
Kota lapis kedua didefinisikan sebagai kota dengan populasi antara 150.000 hingga 15 juta jiwa, bukan termasuk ibu kota negara. Contohnya adalah Kota Ho Chi Minh dan Danang di Vietnam, Cebu dan Davao di Filipina, serta Medan dan Surabaya di Indonesia.
Penduduk di kota-kota ini seringkali memiliki lebih banyak waktu luang dan tekanan finansial yang lebih rendah dibandingkan rekan-rekan mereka di ibu kota. Hal ini membuat mereka lebih terbuka untuk mencoba merek dan produk baru.
Laporan Bain & Company dan DSG Consumer Partners menunjukkan bahwa konsumen di kota lapis kedua ASEAN memiliki karakteristik unik:
Mereka sangat terhubung secara digital, dengan rata-rata menghabiskan lebih dari enam jam per hari di internet. Sebagian besar akses ini dilakukan melalui smartphone.
Mereka sangat aktif di media sosial, dengan lebih dari 90% responden menggunakan platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Media sosial menjadi sumber utama untuk menemukan produk baru dan berinteraksi dengan merek.
Mereka memiliki aspirasi konsumsi yang kuat, didorong oleh meningkatnya pendapatan dan akses ke informasi global. Mereka ingin meningkatkan gaya hidup dan mencoba hal-hal baru.
Mereka lebih loyal kepada merek yang memahami kebutuhan dan preferensi lokal mereka.
Peluang investasi di kota lapis kedua ASEAN sangat besar, terutama di sektor-seperti:
E-commerce dan logistik terakhir: Dengan adopsi digital yang tinggi, permintaan untuk platform e-commerce dan layanan pengiriman yang andal semakin meningkat.
Makanan dan minuman: Konsumen semakin mencari variasi dan pengalaman kuliner baru, baik melalui restoran maupun layanan pesan-antar makanan.
Kesehatan dan kecantikan: Kesadaran akan kesehatan dan penampilan diri semakin meningkat, mendorong permintaan untuk produk dan layanan di sektor ini.
Hiburan dan gaya hidup: Dengan lebih banyak waktu luang dan pendapatan yang dapat dibelanjakan, konsumen mencari hiburan dan pengalaman gaya hidup yang berkualitas.
Namun, investor juga perlu memahami tantangan yang ada, seperti:
Infrastruktur yang belum merata di beberapa daerah.
Logistik dan rantai pasokan yang kompleks.
Perbedaan budaya dan preferensi konsumen yang signifikan antar daerah.
Lanskap kompetitif yang semakin ramai.
Untuk berhasil, investor dan startup perlu membangun strategi yang tepat:
Menjalin kemitraan lokal untuk memahami seluk-beluk pasar.
Mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi lokal.
Membangun operasi yang efisien dan scalable untuk mengatasi tantangan logistik.
Memanfaatkan digitalisasi untuk menjangkau dan melayani konsumen dengan lebih efektif.
Kesimpulannya, kota-kota lapis kedua ASEAN menawarkan pasar yang besar dan sedang tumbuh pesat. Dengan pendekatan yang tepat, investor dapat menangkap peluang emas ini dan mendukung transformasi digital serta ekonomi di kawasan ini.