Tradisi Nyumbang Ditetapkan jadi Warisan Budaya Takbenda dari Gunungkidul

kumparan.com • 12 jam yang lalu
Cover Berita

Tradisi Nyumbang di Gunungkidul ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Nasional 2025. Penetapan ini berdasarkan kajian yang menunjukkan bahwa praktik gotong royong tersebut telah berlangsung lebih dari 100 tahun dan tetap hidup di tengah masyarakat hingga kini.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, Manggar Sari Ayuati, mengatakan tradisi Nyumbang memiliki tingkat keberlangsungan yang sangat kuat.

“WBTb itu kan merupakan budaya yang sudah berlangsung turun-temurun ya paling tidak ya tiga generasi lah, sudah lebih dari 100 tahun dalam penelitiannya itu. Nyumbang itu sudah menjadi tradisi di Gunungkidul,” kata Manggar dihubungi Pandangan Jogja, Jumat (28/11).

Menurutnya, intensitas tradisi Nyumbang di Gunungkidul lebih menonjol dibanding daerah lain.

“Mungkin di daerah lain juga ada, tapi mungkin tidak sebanyak, tidak semasif dan seintensif di Gunungkidul,” jelasnya.

Diajukan Sejak 2024, Tradisi ‘Neken’ Jadi Karakter Khas

Dinas Kebudayaan (Disbud) Gunungkidul mengajukan tradisi Nyumbang ke daftar WBTb pada 2024. Kepala Disbud Gunungkidul, Chairul Agus Mantara, mengatakan penyerahan resmi penetapan akan dilakukan pada Desember 2025.

Agus menyebut pengakuan ini menjadi penguat bagi upaya pelestarian budaya di Gunungkidul.

“Kita itu menjadi semakin banyak koleksi ataupun warisan budaya yang diberikan oleh masyarakat Gunungkidul dan diakui, dan ini tetap akan dipertahankan akan dilestarikan,” ujarnya.

Dalam kajian yang diajukan, Disbud Gunungkidul menekankan adanya tradisi Neken—atau memberi—sebagai karakter khas dari tradisi Nyumbang. Relasi sosial dijaga melalui perikatan tidak tertulis.

“Misalnya ada orang mau punya hajat, terus dia bilang ke orang dekatnya ‘besok bantu daging satu kuintal’. Itu namanya neken di sana,” katanya.

Ia menegaskan bahwa praktik tersebut merupakan bentuk kepercayaan, bukan paksaan.

“Itu menjadi sebuah tradisi yang tidak mengagetkan dan diterima dengan bahagia dan itu tidak ada masalah ketika nanti yang bersangkutan itu pas nggak punya uang,” tambahnya.

Agus menambahkan bahwa tradisi Nyumbang tetap relevan meski menyesuaikan perubahan zaman, termasuk bergesernya peran warga saat hajatan hingga munculnya tren cashless gift. Namun nilai kekerabatan tetap menjadi inti dalam praktik tersebut.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
thumb
Berhasil disimpan.