tvOnenews.com - Persib Bandung sempat mengalami masa paling kelam dalam sejarah klub.
Pada musim Liga Indonesia 2003, Maung Bandung berada di ujung tanduk dan nyaris terlempar dari kasta tertinggi.
Ironisnya, titik terpuruk itu justru terjadi di bawah kepemimpinan pelatih asing pertama Persib, pria asal Polandia bernama Marek Andrzej Sledzianowski.
Usai menandatangani kontrak sebagai arsitek Persib, Marek tak datang sendirian.
Ia membawa empat pemain asing senegaranya yakni Mariusz Mucharski, Pawel Bocian, Piotr Orlinski, dan Maciej Dolega, dengan harapan bisa mengangkat performa tim.
Namun harapan itu berubah menjadi mimpi buruk. Alih-alih memperbaiki kualitas permainan, kehadiran Marek dan gerbong Polandianya justru membuat Persib makin terpuruk.
Berdasarkan catatan RSSSF, Persib berada di posisi 16 klasemen.
Parahnya lagi, sejak pekan pertama hingga pekan ke-12, Persib tak pernah sekalipun meraih kemenangan dan hanya mengumpulkan empat poin.
Sepanjang musim 2003, Persib menutup kompetisi dengan: 12 kemenangan, 9 hasil imbang, 17 kekalahan, 45 poin.
Persib bahkan berada satu strip di bawah Perseden Denpasar. Keduanya masuk zona degradasi dan diwajibkan menjalani babak play-off akibat aturan baru.
Manajemen tak tinggal diam. Melihat kondisi tim makin hancur di bawah Marek, Persib akhirnya mendepak sang pelatih bersama gerbong Polandia.
Persib lalu menunjuk pelatih asal Chile, Juan Paez, untuk memimpin putaran kedua musim 2003.
Paez tidak hanya membawa pola permainan baru, tetapi juga mendatangkan kuartet pemain Chile: Claudio Lizama, Alejandro Tobar, Rodrigo Lemunao, dan Rodrigo Sanhueza.
Paez berhasil mengangkat moral tim, meski tetap hanya finis di posisi 16 dan harus menjalani babak play-off.
Dari tiga pertandingan, Persib meraih 7 poin dan keluar sebagai pemuncak grup play-off. Hasil itu memastikan Maung Bandung selamat dari degradasi, sementara Perseden dan PSIM turun kasta.
Karena keberhasilan tersebut, Paez mendapatkan perpanjangan kontrak semusim.
Di musim berikutnya (2004), Paez membawa Persib naik ke posisi enam klasemen dengan 49 poin dari 34 laga—sebuah peningkatan signifikan.
Namun hubungan Paez dengan manajemen tak pernah benar-benar harmonis. Ia merasa tak disukai dan akhirnya memilih mundur di akhir musim.