Jakarta: Industri telekomunikasi menjadi salah satu pendorong utama percepatan adopsi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia. Hal ini mengemuka pada acara Kick Andy Goes to Campus yang digelar di Universitas Pelita Harapan (UPH), menghadirkan Ari Sondang selaku VP Data & AI Management Telkomsel, dan Presiden UPH Stephanie Riady.
Ari menegaskan bahwa Indonesia tak lagi berada di fase “menunggu” teknologi datang. AI sudah hadir dan menjadi bagian penting dari kehidupan, bisnis, dan industri.
“AI memang sudah masuk ke dalam dan kita tidak bisa keluar atau kita tidak bisa men-deny apa yang terjadi hari ini," ucap Ari.
Modal Besar: Data, Network, dan Ekosistem Vertikal
Ari menjelaskan, sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel memiliki keunggulan strategis berupa basis pelanggan raksasa dan infrastruktur yang tersebar luas.
“Telkomsel punya 160 juta customer base. Artinya kita punya data yang cukup baik untuk mengenali behavior pelanggan dan memanfaatkan itu untuk pelanggan juga," kata Ari.
Telkomsel membangun ekosistem AI melalui tiga pilar besar:
- Consumer – pemanfaatan data untuk personalisasi layanan seperti Metacomsel
- Vertical industry – kolaborasi dengan sektor kesehatan, pertambangan, hingga smart mobility
- Device–human–network ecosystem – integrasi 5G, IoT, dan AI untuk berbagai solusi masa depan
Ia bahkan mencontohkan bahwa mobil-mobil listrik saat ini menggunakan SIM card Telkomsel sebagai bagian dari sistem konektivitasnya. “Bagaimana 5G, IoT dan AI berkolaborasi bersama dalam satu ekosistem,” ucapnya.
Baca Juga :
Kick Andy Goes to Campus: Mengapa Literasi AI Jadi Urgensi Baru bagi MahasiswaMeski memiliki basis infrastruktur kuat, Ari menegaskan bahwa masa depan AI Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan industri. Kualitas talenta muda menjadi faktor penentu.
“Memang ada gap bagaimana kita tidak hanya menjadi user, di level awareness sendiri kita masih perlu ditingkatkan," tuturnya.
saat ini, kata Ari, banyak mahasiswa yang belum memahami cara kerja AI. Termasuk etika, bias data, dan governance. Oleh karena itu Telkomsel menciptakan berbagai program pengembangan talenta seperti AI Academy, AI for Indonesia, Program Indonesia Next, Talent scouting, Hub kolaborasi antara mahasiswa, praktisi, dan industri
“Kami melakukan banyak training supaya bisa sama-sama mengembangkan AI," kata Ari.
Tujuannya sederhana: mengubah mahasiswa dari sekadar pengguna menjadi co-creator dan pada akhirnya menjadi kreator teknologi AI.
Kontribusi Telkomsel untuk Ekosistem Inovasi
Dalam membangun ruang eksperimen dan inovasi, Telkomsel menggandeng berbagai universitas, termasuk UPH, serta berkolaborasi dengan pemerintah melalui Kominfo dan Kemendikbudristek.
Ari mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan playground yang memungkinkan mahasiswa mencoba teknologi secara nyata. “Mereka butuh GPU, mereka butuh cloud, mereka butuh data. Nah sebagai contoh kami punya data, kami punya connectivity,” ujarnya.
Telkomsel memosisikan diri sebagai penyedia infrastruktur sekaligus fasilitator agar mahasiswa dapat bereksperimen menciptakan teknologi baru.
Meski posisi Indonesia masih berada di bawah Singapura dari sisi kesiapan, Ari optimistis dengan masa depan AI nasional karena permintaan pasar sangat besar. “Kita tidak bisa sendiri, kita butuh bekerjasama antara akademik, regulatory dan industri," ucap Ari.
Sementara itu, dari dunia pendidikan, Stephanie Riady mengingatkan bahwa AI bukan hanya urusan teknis, tetapi menyentuh disiplin lain termasuk hukum, ekonomi, dan seni. Industri dan pendidikan harus berjalan beriringan untuk membangun pemahaman yang menyeluruh.
Ketertarikan mahasiswa terhadap teknologi AI semakin besar, dan Telkomsel membuka ruang bagi mereka yang ingin terlibat dalam program-program pengembangan talenta. Ari menyatakan bahwa Telkomsel terus terhubung dengan kampus-kampus dan aktif membuka kesempatan kolaborasi.
“Nanti akan kita coba kontak, kita sekarang ada persiapan, kita sudah jalankan di ITB dan ada diskusi juga terkait dengan UPH," kata Ari.