Jakarta, VIVA – Survei terbaru menunjukkan momen penting bagi keberlangsungan usaha keluarga di Asia. Meski sebagian besar pemilik usaha berniat menyiapkan pengaturan warisan, hanya 27 persen responden yang sudah memiliki rencana penerus usaha yang lengkap, sehingga hampir tiga perempat usaha keluarga masih belum siap.
Hal tersebut terungkap dalam survei terbaru Sun Life Asia. Kesenjangan ini menegaskan perlunya langkah nyata untuk menjaga keberlanjutan usaha dan kesejahteraan yang dihasilkannya.
“Peralihan kekayaan lintas generasi dalam skala besar sudah berlangsung di Asia, sehingga penting bagi para pemilik usaha untuk mempersiapkan masa depan dan menjaga warisan mereka,” kata Maika Randini, Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia, dikutip dari keterangannya, Minggu, 30 November 2025.
Dia menjabarkan, usaha keluarga merupakan fondasi ekonomi Asia, dengan 85% perusahaan di kawasan Asia Pasifik dimiliki oleh keluarga. Bersama UKM yang mencakup 97% bisnis di kawasan, Asia juga memiliki porsi signifikan perusahaan keluarga berskala besar. Perusahaan-perusahaan ini mewakili 18% dari 500 perusahaan keluarga terbesar di dunia, menegaskan pentingnya rencana penerus usaha dalam menjaga nilai dan kekayaan lintas generasi.
Lebih lanjut survei itu menunjukkan bahwa hanya sedikit pemilik usaha yang memiliki rencana penerus usaha yang jelas, meskipun mayoritas ingin memastikan kekayaan mereka terjaga untuk generasi berikutnya. Menurut survei, meski 94 % keluarga pemilik usaha berencana menyiapkan pengaturan warisan menyeluruh, hanya 27 % yang memiliki rencana penerus usaha yang sepenuhnya tersusun, membuat masa depan banyak usaha belum pasti.
Kemudian, sebanyak 25% baru memiliki sebagian rencana, 24% sedang menyusunnya, sementara 19% belum memiliki rencana apa pun meskipun berniat melakukannya suatu hari nanti. Tantangan terbesar terlihat di Vietnam, di mana hanya 14% yang memiliki rencana penerus usaha terstruktur, dibandingkan 39% di Indonesia — tertinggi di antara negara yang disurvei. Di Hong Kong, hanya 20% yang memiliki rencana lengkap, sementara di Singapura angkanya mencapai 28%.
Di antara penerus keluarga yang terlibat dalam operasional bisnis, hanya 44% yang menyatakan generasi sebelumnya telah mengomunikasikan rencana warisan secara menyeluruh. Komunikasi ini bahkan lebih jarang terjadi pada keluarga yang penerusnya tidak terlibat dalam bisnis, turun menjadi hanya 27%.