Sejumlah perusahaan dengan tawaran gaji awal terbaik di Amerika Serikat, justru tengah kesulitan menarik tenaga kerja baru. Industri maritim menjadi salah satu sektor yang mengalami kondisi tersebut.
Mengutip laporan The Wall Street Journal (WSJ), lulusan akademi maritim di AS bisa langsung mengantongi pendapatan lebih dari USD 200.000 atau sekitar Rp 3,3 miliar (kurs Rp 16.647) per tahun sebagai pelaut komersial, lengkap dengan makanan gratis dan kamar pribadi. Kehidupan di kapal pun menawarkan pengalaman unik yakni menjelajah dunia, menikmati laut saat rehat, hingga langit penuh bintang setiap malam.
Namun, iming-iming gaji besar dan fasilitas mumpuni itu tetap belum cukup. Industri maritim AS kekurangan tenaga kerja, kondisi yang dianggap mengancam keamanan nasional. Negeri itu kini defisit pelaut komersial untuk mendukung ekspansi armada kargo yang didorong Presiden Trump. Minimnya kapal berbendera AS juga dipengaruhi persoalan kekurangan awak, karena perusahaan pelayaran diwajibkan mempekerjakan warga negara Amerika.
Situasi ini mulai memicu perhatian serius. Pemerintah mengeluarkan perintah eksekutif, ditambah rancangan undang-undang bipartisan untuk menghidupkan kembali industri maritim AS mulai dari galangan kapal, kepemilikan kapal, hingga kebutuhan tenaga kerja.
Pentagon sangat bergantung pada pelaut komersial dan operator swasta untuk memindahkan peralatan militernya. AS kini hanya memiliki sekitar 10.000 pelaut komersial, jumlah yang terus menyusut selama beberapa dekade seiring meningkatnya ketergantungan pada pengiriman dari luar negeri seperti Tiongkok.
Dampaknya terasa hingga ke Angkatan Laut. Lembaga itu mengoperasikan sedikit kapal logistik dan mengandalkan pelaut komersial. Tahun lalu, mereka bahkan menghentikan operasional 17 kapal pasokan karena minim awak. Kondisi ini bisa membuat AS kesulitan memindahkan dan memasok pasukan jika terjadi konflik.
"Dengan asumsi kita bisa membangun kapal atau membawanya kembali di bawah bendera AS, bisakah kita mengisinya dengan cukup personel?" tanya pensiunan Laksamana Muda Mark Buzby.
"Saya rasa tidak, setidaknya tanpa beberapa perubahan signifikan" yang memperbanyak lulusan akademi maritim dan meningkatkan retensi tenaga kerja,” imbuhnya.
Padahal, AS punya sejarah sebagai negara maritim, dan pelaut komersial berperan besar dalam kemenangan Perang Dunia II. Namun industri pelayaran Amerika perlahan merosot karena impor murah dan dominasi kapal asing dengan awak non-AS.
Menjadi pelaut memang bukan pekerjaan populer, baik di AS maupun negara lain. Banyak pelaut senior yang tidak lagi mau berbulan-bulan di laut tanpa akses komunikasi, meskipun internet satelit kini mulai mengubah kondisi itu.
Untuk mengatasi krisis, perusahaan kini memberi bonus besar, menaikkan gaji, dan memperbaiki fasilitas seperti gym, internet, hingga menu makanan di kapal. Meski begitu, banyak anak muda tetap tidak tahu bahwa profesi ini tersedia.
John Salkeld, lulusan Akademi Maritim Niaga AS, bercerita bahwa mahasiswa dari kampus lain bahkan tidak tahu pekerjaan pelaut komersial benar-benar ada. "Mereka seperti, 'Tunggu itu benar-benar ada? Apakah Anda berada di kapal besar, menyeberangi lautan?'" kenangnya.
Noah Lastner, rekan seangkatannya yang sudah berlayar ke Singapura dan Filipina, mengatakan banyak anak muda baru sadar tentang pekerjaan ini setelah kuliah biasa.
"Anda baru tahu setelah kuliah di perguruan tinggi biasa, duduk di bilik ini, dan mencoba mencari pilihan lain," katanya.
Lastner menambahkan bahwa kembali ke pekerjaan kantoran setelah merasakan hidup di laut terasa sangat berat. Sejak pelayaran terakhirnya, Lastner hidup di dalam van, menjelajahi AS sambil terjun payung, lompat pangkalan, dan terbang cepat di berbagai lokasi.
Akademi Maritim Dagang dikenal sebagai Kings Point yang berdiri pada 1943, merupakan salah satu dari lima akademi layanan federal. Namun berbeda dari akademi lainnya, Kings Point kerap tersisih dalam hal perhatian maupun pendanaan.
Dengan sekitar 975 mahasiswa, akademi ini lebih sering diperbincangkan karena kasus pelecehan seksual ketimbang prestasi akademik atau prospek karier.
"Akademi ini sudah terlalu lama terabaikan," ujar Menteri Perhubungan Sean Duffy dalam pidatonya April lalu.
Ia telah tiga kali mengunjungi kampus tersebut, dan Kings Point baru saja meluncurkan rencana modernisasi untuk menindaklanjuti perintah eksekutif Trump.