Cost Overrun Rp19 Triliun, INDEF Nilai Risiko Fiskal Whoosh Meningkat

wartaekonomi.co.id • 16 jam yang lalu
Cover Berita
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menilai proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh membawa risiko fiskal jangka panjang yang signifikan. 

Ia menegaskan pemerintah perlu menghitung ulang konsekuensi pembiayaan utang yang kini mencapai lebih dari Rp116 triliun dan mengalami cost overrun sekitar Rp19 triliun.

Baca Juga: Terapkan Zero ODOL, 4,7 juta ton Angkutan Logistik Diprediksi Beralih ke Kereta Api di 2027

Esther menjelaskan beban utang proyek yang besar, ditambah tingkat okupansi penumpang yang masih jauh di bawah target, membuat kemampuan proyek untuk menutup kewajibannya semakin terbatas. Saat ini okupansi Whoosh hanya sekitar 60% dari kapasitas 36.000 penumpang per hari. 

“Dengan kondisi ini, payback period dapat mencapai lebih dari 100 tahun jika okupansi di bawah 50%,” kata Esther, dikutip Minggu (30/11/2025).

Berdasarkan kajian berbagai lembaga, periode pengembalian investasi diperkirakan berada pada rentang 38 hingga 40 tahun jika kereta beroperasi dengan okupansi penuh. 

Namun realisasi di lapangan menunjukkan pola penggunaan yang tidak stabil, sementara masyarakat masih memiliki alternatif transportasi lain yang lebih murah, seperti mobil pribadi, travel, dan kereta reguler.

Esther menilai pernyataan Presiden Prabowo Subianto soal kesanggupan pemerintah menanggung kewajiban utang Whoosh harus dipahami tidak selalu berarti menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

Menurutnya, terdapat empat skema pembiayaan yang dapat dipertimbangkan, yakni pembiayaan APBN sebagai opsi terakhir, dukungan pendanaan lewat Danantara, penerbitan obligasi, atau skema kerja sama pemerintah dan swasta.

Meski demikian, ia memperingatkan bahwa setiap skenario tetap berpotensi menambah tekanan fiskal. 

“Jika sebagian beban dialihkan ke APBN, alokasi anggaran untuk program lain pasti berkurang. Itu harus dihitung secara cermat dampaknya,” ujarnya.

Esther juga menyoroti risiko terhadap kinerja PT KAI sebagai pemegang saham mayoritas KCJB. Beban utang yang besar berpotensi memengaruhi kemampuan perseroan mempertahankan kualitas layanan jika tidak ada disiplin anggaran yang ketat.

Baca Juga: Purbaya Gabung Tim Pelunasan Utang Whoosh dengan China

Ke depan, ia menegaskan pentingnya pembelajaran mendalam dari proyek Whoosh. Pemerintah diminta mengedepankan perencanaan matang, kajian kelayakan komprehensif, dan partisipasi publik sebelum memutuskan proyek infrastruktur berskala besar agar tidak menimbulkan beban fiskal berkepanjangan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
thumb
Berhasil disimpan.