Grid.ID - Profil Andrea Hirata sebagai penulis memang tak perlu diragukan lagi. Apalagi sejak dirinya mengeluarkan karya novel bertajuk Laskar Pelangi.
Yang mana setelahnya juga diangkat sebagai film dan meraih kesuksesan besar.
Profil Andrea Hirata: Penulis Besar dari Belitong yang Mendunia
Nama Andrea Hirata sudah lama bergaung tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di panggung sastra internasional. Kepopulerannya melejit setelah merilis novel fenomenal Laskar Pelangi pada 2005. Sebuah karya yang kemudian membuka jalan bagi dunia untuk mengenal Belitong dan ironi pendidikan di daerah tambang timah itu.
Lahir dengan nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun pada 24 Oktober 1967, ia tumbuh di lingkungan sederhana di Belitong. Kehidupannya berada di dekat kawasan tambang PN Timah (kini PT Timah Tbk), tempat banyak keluarga menggantungkan hidup.
Latar belakang yang penuh keterbatasan inilah yang kelak menjadi napas utama dalam karya-karyanya, terutama Laskar Pelangi. Meski berasal dari keluarga miskin, Andrea dikenal sebagai sosok yang haus ilmu.
Ia menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Ekonomi Universitas Indonesia, lalu meraih beasiswa bergengsi untuk melanjutkan studi S2 di dua kampus Eropa ternama: Université de Paris, Sorbonne di Prancis dan Sheffield Hallam University di Inggris.
Ia menamatkan pendidikannya dengan predikat cumlaude. Tesisnya mengenai ekonomi telekomunikasi bahkan diadaptasi menjadi buku ilmiah dicatat sebagai buku teori ekonomi telekomunikasi pertama karya anak bangsa dan beredar luas sebagai referensi akademik.
Laskar Pelangi: Kisah Kecil dari Belitong yang Mendunia
Karya debut Andrea Hirata bermula dari cerita masa kecilnya. Dalam waktu hanya tiga minggu, ia merampungkan Laskar Pelangi, sebuah novel yang menggambarkan potret ketimpangan pendidikan di salah satu daerah terkaya sumber daya alam di Indonesia.
Dengan bahasa yang menyentuh dan narasi yang jujur, novel ini berhasil mencuri perhatian pembaca dari berbagai latar. Kesuksesannya mencengangkan: lebih dari lima juta eksemplar terjual, dan versi bajakannya bahkan menembus 15 juta kopi lebih.
Laskar Pelangi kemudian diterjemahkan ke dalam 25 bahasa dan beredar di 130 negara, menjadikannya salah satu karya sastra Indonesia paling mendunia. Di banyak universitas, buku ini digunakan sebagai rujukan untuk studi sastra, budaya, hingga sistem pendidikan Indonesia.
Prestasi internasionalnya pun mengesankan. Edisi Amerika memenangkan New York Book Festival 2013 untuk kategori General Fiction. Di Jerman, versi terjemahan berjudul Die Regenbogen Truppe meraih posisi puncak Buchawards 2013.
Tidak hanya itu, penerbit besar Random House menempatkannya sebagai karya “vintage”, dan para kritikus Timur Tengah menyematkannya sebagai novel favorit pada 2014.
Novel ini kemudian diadaptasi menjadi film layar lebar, pertunjukan teater musikal, dan melahirkan tiga sekuel dalam tetralogi Laskar Pelangi: Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dan Maryamah Karpov: Mimpi-mimpi Lintang (2008).
Karya-Karya Lain Andrea Hirata
Di luar tetralogi Laskar Pelangi, Andrea terus berkarya. Ia menulis dwiologi Padang Bulan yang mencakup Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas (keduanya rilis 2010). Kemudian hadir Seri Aini, yang terdiri atas Orang-Orang Biasa (2019), Guru Aini (2020) yang merupakan prekuelnya, serta Buku Besar Peminum Kopi (2020) yang menjadi sekuelnya.
Karyanya yang lain meliputi Sirkus Pohon (2017), Sebelas Patriot (2011), dan Ayah (2015). Selain novel, Andrea juga merilis Laskar Pelangi Song Book (2012) buku yang memuat kisah-kisah dari Belitong serta kumpulan lagu ciptaannya, dibawakan oleh Meda Kawu dan Cut Niken. Itulah profil Andrea Hirata yang berhasil Grid.ID rangkum. (*)
Artikel Asli