VIVA – Di tengah pergeseran geopolitik dan meningkatnya pencarian identitas budaya Global South, dunia sastra rupanya sedang menulis bab barunya sendiri. Bukan lewat panggung Barat yang selama ini mendominasi, melainkan melalui forum baru yang dalam waktu singkat menjadi perbincangan banyak negara, BRICS Literature Award 2025. Tahun ini, dua nama dari benua berbeda ditarik ke garis depan wacana sastra internasional, Salwa Bakr dari Mesir dan Denny JA dari Indonesia.
Meski latar budaya, generasi, dan genre mereka berbeda, keduanya dipertemukan oleh misi yang sama, membangun ruang sastra yang lebih manusiawi, lebih inklusif, dan tidak lagi bergantung pada pusat-pusat apresiasi lama. Malam penganugerahan di Khabarovsk menjadi momentum penting ketika panggung sederhana berubah menjadi simbol pergeseran fokus dunia literasi.
Sebagai pemenang utama, Salwa Bakr membawa warisan panjang sastra Arab ke panggung internasional. Penulis kelahiran Kairo 1949 ini dikenal berani memperjuangkan suara perempuan dan kelompok tertindas, sebuah tema yang jarang mendapat tempat luas di dunia Arab pada masa ia mulai berkarya. Novel-novelnya, seperti The Golden Chariot dan The Man from Bashmour, tak hanya tercatat sebagai karya monumental, tetapi juga menjadi jendela bagi dunia untuk memahami sisi lain kehidupan masyarakat Timur Tengah.
Penghargaan BRICS menempatkannya sebagai laureate perdana yang akan selalu dikenang. menggambarkan betapa penghargaan tersebut tidak hanya merayakan karya Salwa, tetapi juga memberi tanda mulai terbukanya pusat budaya alternatif yang tak lagi berporos pada Barat.
“Hari ini kita menyaksikan momen bersejarah. Kita bukan hanya mengumumkan pemenang, tetapi meletakkan batu pertama ruang budaya bersama bagi negara-negara kita," kata Sergey Stepashin dari Russian Book Union.
Denny JA Pemenang Penghargaan Khusus untuk Inovasi SastraBerbeda dari Salwa, Denny JA menerima penghargaan dengan kategori yang jauh lebih spesifik, inovasi. Ia menjadi satu-satunya penerima Special Prize “For Innovation in Literature” dari sepuluh finalis dunia. BRICS memberikan penghargaan ini bukan untuk karya terbaik tahun ini, tetapi untuk pencipta yang menghadirkan bentuk baru dalam sastra.