Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) menekankan pentingnya percepatan distribusi bantuan untuk mencegah terjadi kembalinya penjarahan di wilayah terdampak bencana Aceh dan Sumatera.
Ia menilai situasi darurat dan keterbatasan akses pangan membuat masyarakat terdesak hingga mengambil langkah di luar kendali.
“Kalau begini penjarahan bahaya. Karena itu kita harus cepat bantuan. Jadi karena itu masyarakat juga harus cepat membantu,” ujar JK saat meninjau posko distribusi bantuan di Klaster Logistik Nasional PMI, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (1/12).
JK menjelaskan kondisi darurat membuat sebagian warga nekat karena merasa tidak memiliki pilihan.
“Tapi ini keadaan darurat sekali, mereka tidak makan. Ya itu terjadi. Walaupun tentu kita tidak izinkan. Tapi ini terjadi karena mereka lapar, karena itu harus cepat bantuan. Harus cepat bantuan,” tegas Wakil Presiden ke-10 dan 12 itu.
Ia mengingatkan penanganan pascabencana juga menjadi tantangan besar dan membutuhkan kerja jangka panjang. Bantuan disebut tak boleh berhenti begitu banjir surut.
“Ulangi lagi, kirim ke sini atau kirim ke PMI bantuannya. Atau kirim dana karena ini jangka panjang, Jangan lihat selesai banjir. Rumah yang rusak berapa puluh ribu. Orang yang tidak punya rumah berapa juta. Itu semua harus diberikan,” kata JK.
JK menyebut bahwa tahap pascabencana tentu sama sulitnya dengan masa tanggap darurat.
“Sama sulitnya tentu. Sulit juga pada asalnya. Tapi rehabilitasi itu jangka panjang. Pemerintahan itu akan membangun jalan, membangun jembatan,” ujar JK.
“Ada juga beberapa pengusaha yang ingin membantu jembatan. Kita akan nanti kumpulkan jembatan apa yang bisa dibantu. Karena mereka ingin langsung,” tambahnya.
JK juga menyampaikan imbauan khusus agar penjarahan tidak terjadi lagi, seraya menekankan bahwa percepatan pengiriman bantuan adalah kunci.
“Ya pertama kita imbau pemerintah dulu cepat membantu. Agar tidak terjadi penjarahan, itu ruangnya. Cepat membantu agar tidak terjadi penjarahan,” tutupnya.
Sebelumnya, Perum BULOG Kantor Wilayah Sumatera Utara menyebut terjadi penjarahan di sejumlah ritel modern di Kota Sibolga yang kemudian berlanjut ke gudang Bulog di Sarudik Sibolga.
Pimpinan Cabang Bulog Sibolga telah meminta pengamanan dari TNI maupun polisi terkait situasi tersebut. Namun, massa lebih dulu datang sebelum personel pengamanan tambahan tiba.
Massa memaksa masuk dengan merobohkan pagar gerbang, merusak gembok gudang, dan mengambil beras serta minyak goreng yang tersimpan di dalam gudang. Aparat telah berupaya melakukan penghalauan namun massa tidak terkendali karena desakan kebutuhan pangan.
Pemimpin Wilayah BULOG Sumatera Utara, Budi Cahyanto, mengatakan pihaknya terus berupaya untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah, TNI, Polri, dan seluruh pihak terkait agar distribusi bantuan dapat segera dipulihkan. Sehingga situasi dapat kembali kondusif.
“Kami memahami bahwa masyarakat sedang berada dalam situasi darurat akibat bencana banjir yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan terputusnya akses pangan,” ujar Budi dalam keterangannya.