Indonesia berhasil menunjukan ketahanan ekonomi yang kuat sepanjang tahun 2025 di tengah gejolak ekonomi dan geopolitik global. Capaian positif ini merupakan hasil kerja kolektif bangsa, diperkuat sinergi kebijakan fiskal dan moneter, sehingga pertumbuhan dan stabilitas berjalan beriringan.
Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 yang mengusung tema “Tangguh dan Mandiri: Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dan Berdaya Tahan", Presiden Prabowo memberikan apresiasi kepada Bank Indonesia yang terus mengawal stabilitas perekonomian dan turut mendorong pertumbuhan, yang bersinergi dengan berbagai pengelola perekonomian nasional.
“Kita harus percaya kepada kekuatan kita sendiri dan tidak boleh tergantung kepada negara lain. Saling mengisi, saling membantu, dan sekarang saatnya memberikan solusi yang cepat kepada rakyat. Kebijakan perlu dirumuskan dengan ketenangan, dilaksanakan dengan kepercayaan diri dan dengan tekad untuk berdiri di atas kaki kita sendiri,” kata Presiden Prabowo.
Baca Juga: Bank Indonesia Bakal Luncurkan Rupiah Digital, Ini Detailnya
Optimisme terhadap prospek ekonomi nasional juga disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia menunjukkan tren penguatan menuju tahun 2026, didorong konsumsi, investasi, dan percepatan belanja negara.
“Sehingga untuk tahun 2026 yang kita lihat adalah upside risk, Pak Presiden. Dengan baseline di 5,4 persen sesuai dengan APBN. Jadi kita berharap dan optimistis tahun depan akan lebih baik dari tahun ini,” kata Airlangga.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan optimisme perekonomian Indonesia ke depan akan lebih baik, bahkan tumbuh lebih tinggi dan berdaya tahan, dengan tetap mewaspadai ketidakpastian global.
Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2025 berada di kisaran 4,7–5,5% dan meningkat lebih tinggi pada 2026 dan 2027 masing-masing dalam kisaran 4,9–5,7% dan 5,1–5,9%. Katalis utama pertumbuhan tersebut oleh konsumsi dan investasi yang meningkat, serta ekspor yang cukup baik di tengah perlambatan ekonomi dunia.
Perry juga menegaskan inflasi akan tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2026 dan 2027, didukung konsistensi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, eratnya sinergi pengendalian inflasi baik di pusat maupun di daerah, dan penguatan implementasi Program Ketahanan Pangan Nasional.
“Stabilitas eksternal dan sistem keuangan tetap terjaga, disertai digitalisasi yang terus berkembang pesat,” kata Perry.
Kendati demikian, Perry megingatkan lima tantangan global yang perlu dicermati dan diwaspadai yakni berlanjutnya kebijakan tarif AS, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, tingginya utang Pemerintah dan suku bunga negara maju, tingginya kerentanan dan risiko sistem keuangan dunia, serta maraknya uang kripto dan stablecoins pihak swasta.
Ia menegaskan perlunya sinergi kebijakan untuk memperkuat transformasi ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan tersebut. Terdapat lima sinergi area prioritas di antaranya memperkuat stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, mendorong pertumbuhan lebih tinggi dan berdaya tahan, meningkatkan pembiayaan perekonomian dan pasar keuangan, mengakselerasi digitalisasi ekonomi-keuangan nasional serta memperkuat kerja sama ekonomi bilateral dan regional.
“Sinergi kebijakan transformasi sektor riil untuk meningkatkan modal, tenaga kerja, dan produktivitas diperlukan untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi dan berdaya tahan,” tambah Perry.
Kebijakan struktural juga diarahkan pada perbaikan iklim investasi, persaingan usaha yang sehat, peningkatan konektivitas infrastruktur, serta penguatan kebijakan perdagangan dan investasi, termasuk melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Memasuki 2026, kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga stabilitas (pro-stability) dengan tetap memanfaatkan ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi (pro-growth).
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran pada 2026 tetap diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi (pro-growth). Upaya tersebut diiringi pendalaman pasar uang dan valas (PUVA) sesuai BPPU 2030 untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter, pengembangan pasar sekunder yang modern dan berstandar internasional, serta perluasan instrumen pembiayaan perekonomian.
“Program pengembangan ekonomi-keuangan inklusif, termasuk UMKM dan ekonomi-keuangan syariah, juga akan terus diperluas,” tegas Perry.
Dalam bidang kelembagaan, Bank Indonesia memperkuat tiga pilar transformasi yakni penguatan fungsi organisasi dan proses kerja yang terintegrasi, percepatan digitalisasi kebijakan dan kelembagaan melalui penyempurnaan business process re-engineering dalam kerangka Integrated Digital Central Bank (IDCB), serta penguatan sumber daya manusia melalui kepemimpinan, pengembangan kapabilitas baru, dan penguatan Employee Value Proposition.
Bank Indonesia sepanjang 2025 meraih 10 penghargaan internasional yang semakin mengukuhkan citra Bank Indonesia sebagai salah satu bank sentral terbaik di emerging markets.
Baca Juga: Prabowo Hadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2025
PTBI 2025 juga turut dirangkaikan dengan penganugerahan TPID Award, TP2DD Championship, dan BI Award 2025. Penganugerahan TPID Award dan TP2DD Championship sebagai bentuk penghargaan kepada Tim Pengendalian Inflasi Daerah dengan kinerja terbaik serta Championship TP2DD 2025 bagi Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah yang berhasil mengakselerasi digitalisasi keuangan daerah.
Sementara itu, penganugerahan BI Award dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran kepada 47 mitra strategis.
Bank Indonesia juga menganugerahkan 3 (tiga) Special Award sebagai bentuk penghargaan kepada Mitra Strategis Bank Indonesia dalam menjaga nasionalisme dan kedaulatan Republik Indonesia serta mendukung semangat Asta Cita hingga ke pelosok negeri.