Siklon Senyar Hilang, BMKG Waspadai Puncak Siklon di RI hingga April 2026

kumparan.com • 2 jam yang lalu
Cover Berita

Ancaman cuaca ekstrem akibat Siklon Tropis Senyar dan Siklon Tropis Koto dipastikan telah mereda. Meski demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk tetap waspada mengingat Indonesia kini tengah memasuki periode puncak musim siklon.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan per 30 November, Siklon Tropis Senyar telah kehilangan kekuatannya.

"Siklon Tropis Senyar mulai melemah sejak 28 November dan berubah menjadi depresi tropis saat bergerak ke Laut Cina Selatan," kata Andri saat dihubungi kumparan, Senin (1/12).

"Hingga 30 November, sistem ini benar-benar kehilangan kekuatannya dan dinyatakan tidak aktif lagi," lanjutnya.

Sementara itu, bibit siklon lainnya yakni Siklon Tropis KOTO yang sempat terdeteksi, kini pergerakannya dipastikan menjauh dari wilayah Indonesia.

"Pada saat yang sama, Siklon Tropis KOTO yang terbentuk di Laut Filipina bergerak menjauh ke barat laut, semakin jauh dari Indonesia. Dalam 24 jam ke depan, kekuatan KOTO juga diperkirakan terus menurun dan tidak memberikan dampak signifikan terhadap dinamika cuaca di Indonesia," jelas Andri.

Tidak Ada Interaksi Antar-Siklon

Sebelumnya, sempat muncul kekhawatiran adanya interaksi antara kedua sistem badai tersebut atau yang kerap dikenal dengan efek Fujiwara. Namun, Andri memastikan hal tersebut tidak terjadi karena salah satu sistem telah mati.

"Dengan Senyar yang sudah punah dan Koto yang terus menjauh, tidak ada potensi interaksi antara kedua sistem tersebut," tegas Andri.

Meski kedua siklon tersebut telah berlalu, BMKG mewaspadai potensi cuaca ekstrem belum berakhir, terutama puncak musim siklon. Wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan, sedang berada dalam fase krusial pembentukan badai tropis.

Andri merinci sejumlah wilayah perairan yang menjadi tempat rawan munculnya bibit siklon baru selama periode akhir 2025 hingga April 2026. Wilayah tersebut membentang dari barat Sumatera hingga selatan Papua.

"Pada periode ini, pembentukan bibit siklon berpeluang muncul di Samudra Hindia - Barat Bengkulu, Lampung, selatan Jawa hingga NTT dan selatan Papua," paparnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, BMKG memastikan pengawasan ketat terhadap pergerakan atmosfer terus dilakukan.

"Karena itu, BMKG terus melakukan monitoring secara realtime kondisi atmosfer dan laut sebagai langkah untuk deteksi dini adanya potensi tersebut," pungkas Andri.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
thumb
Berhasil disimpan.