Medan, VIVA – Kepolisian menangkap 16 orang terkait aksi penjarahan yang terjadi di Sibolga dan sejumlah wilayah terdampak bencana hidrometeorologi di Sumatera.
Aksi penjarahan itu sebelumnya viral di media sosial dan disebut dipicu keterlambatan bantuan akibat wilayah yang sempat terisolir. Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat Polda Sumatera Utara, Ajun Komisaris Besar Polisi Siti Rohani, membenarkan penangkapan tersebut.
Ia merinci 16 pelaku yang diamankan, masing-masing MHH (20), SS (24), AZ (27), ZR (24), OFH (18), ART (19), DH (20), ISS (18), A (18), MS (18), BA (18), ER (21), DAM (18), ABS (18), D (18), dan BNH (17).
"Mereka karena mengambil sejumlah barang, mulai dari minuman kemasan, sosis, gula, sabun, hingga makanan ringan," kata Siti, Senin, 1 Desember 2025.
Siti menjelaskan, penjarahan terjadi di sejumlah minimarket yang tersebar di beberapa titik di Kota Sibolga.
"Penjarahan itu terjadi di beberapa mini market antara lain tiga gerai Indomaret di Jalan Sisingamangaraja (depan SPBU Kebun Jambu), Jalan Suprapto, hingga Indomaret Jalan Sibolga-Barus," kata dia.
Aksi serupa juga menyasar Alfamidi di Jalan Sisingamangaraja, serta tiga gerai Alfamart di Jalan Imam Bonjol, Jalan Suprapto, dan Jalan Merpati.
Peristiwa ikut meluas hingga wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Sebuah video viral memperlihatkan warga memasuki minimarket yang pintunya terbuka sebagian, lalu mengambil berbagai kebutuhan pokok seperti mie instan, air minum, dan perlengkapan rumah tangga.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumut, Komisaris Besar Polisi Ferry Walintukan menambahkan sebagai antisipasi pengamanan untuk mencegah kejadian serupa, Polda Sumut telah menebalkan personel.
"Ya, ada kami mengirim pers Brimob dalam rangka penebalan," kata Ferry.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tito Karnavian mengungkap, aksi penjarahan yang terjadi di Sibolga dan sejumlah wilayah terdampak bencana hidrometeorologi di Sumatera dipicu oleh kondisi warga yang terisolir dan kekurangan stok pangan.
“Ada beberapa daerah yang terjadi, kebanyakan yang terekspos di daerah Sibolga. Karena memang banyak daerah yang terisolir tadi, dan nggak gampang untuk langsung melakukan dropping kepada mereka,” ucap Tito dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin, 1 Desember 2025.