EtIndonesia. Gerakan perlawanan terhadap kremasi paksa oleh pemerintah Tiongkok memicu kemarahan publik. Di dataran tinggi Yunnan–Guizhou, aksi penolakan penduduk terhadap kebijakan ini telah berlangsung hampir sebulan. Di Kabupaten Xifeng, Guizhou, seorang camat yang membawa orang-orang untuk merebut jenazah dan memukuli keluarga almarhum ditangkap oleh warga desa yang marah dan dipaksa mengenakan atribut duka seperti “anak berduka”.
Menurut laporan dari media independen yang memantau insiden massal di Tiongkok, “Yesterday”, gerakan “anti-kremasi paksa” di Yunnan dan Guizhou telah berlangsung hampir sebulan.
Dilaporkan juga, banyak warga desa secara mandiri mengorganisir perlawanan terhadap otoritas lokal, dengan ribuan warga mengawal proses pemakaman secara tradisional yakni dikubur. Bahkan, warga juga berjaga di area pemakaman saat siang dan malam untuk mencegah pemerintah menggali dan membakar jenazah secara paksa.
「贵州“反强制火葬”运动升级:镇长抢尸被擒后戴孝下跪(2025.11.28)」本周五,贵州贵阳息烽县持续了近一个月的“反强制火葬运动”再度爆发激烈冲突。包括一名镇长在内的三名政府工作人员,在试图强行抢夺遗体、并殴打逝者家属后,被愤怒的村民当场扣留。为避免挨打,三人最终戴上孝布,并在逝者棺木前下… pic.twitter.com/n9NDyMt9oQ
— 昨天 (@YesterdayBigcat) November 29, 2025 Bentrok Hebat Meletus pada 28 NovemberPada 28 November pagi, terjadi bentrokan sengit di Desa Lianhe, Desa Shanshuping, Kecamatan Xishan, Kabupaten Xifeng, Kota Guiyang, Guizhou.
Saat warga sedang mengawal jenazah untuk dimakamkan secara tradisional, para petugas pemerintah berusaha menghentikan mereka dengan kekerasan. Akibatnya, warga marah dan menangkap beberapa pejabat, termasuk camat dan sekretaris partai desa, yang kemudian dipaksa mengenakan kain duka dan berlutut di depan peti mati.
Video yang direkam warga menunjukkan kerumunan besar yang mengantar prosesi pemakaman. Beberapa petugas pemerintah dikepung di tengah kerumunan, tampak dengan kartu identitas kerja tergantung di leher.
Warga menegur mereka karena memukul keluarga almarhum dan berkata, “Kalian tidak punya orang tua, ya?” Beberapa warga bahkan menarik kerah mereka dan hampir memukul balik.
Kemudian terdengar suara warga berteriak, “Bawa juga sekretaris partainya ke sini!” Setelah itu, camat, sekretaris desa, dan satu pejabat lain dipaksa mengenakan kain putih duka dan berlutut di depan peti mati sebagai bentuk penghormatan. Para pejabat yang biasanya berkuasa itu menuruti karena takut dipukuli. Warga mengejek, “Pejabat sekarang jadi anak berduka!”
Keluarga Punya Izin Pemakaman, Namun Jenazah Tetap Hendak DirebutMenurut warga setempat, saat jenazah sedang diantar ke lokasi pemakaman, pemerintah mengerahkan banyak pegawai dan staf rumah duka untuk menghadang. Mereka menuntut agar jenazah diserahkan ke rumah duka untuk dikremasi. Warga mengatakan bahwa keluarga almarhum memegang surat izin pemakaman tanah yang sah dan tidak melanggar aturan apa pun.
Perdebatan memicu bentrokan fisik, dan seorang anggota keluarga dipukuli oleh petugas pemerintah. Warga yang marah kemudian menangkap beberapa pejabat, termasuk camat dan sekretaris partai tersebut, serta merusak kaca mobil dinas mereka. Setelah kabar itu menyebar, ratusan warga desa sekitar berkumpul memberi dukungan.
Tiga pejabat yang tertangkap kemudian dibawa ke depan peti jenazah, dipakaikan kain duka, dan dipaksa berlutut sebagai “anak berduka”. Namun petugas pemerintah lainnya berhasil melarikan diri. Pada akhirnya, setelah pihak pemerintah berjanji tidak lagi menutup jalan dan tidak menghalangi warga, barulah mereka dibebaskan, tetapi seluruh kendaraan pemerintah tetap ditahan warga.
Mobil Dinas Didorong ke JurangPada 29 November pagi, setelah pemerintah berjanji menanggung biaya pengobatan korban yang dipukul, jenazah akhirnya dimakamkan. Video menunjukkan mobil dinas berwarna merah yang sebelumnya ditahan, telah didorong warga ke bawah jalan sebagai aksi protes.
Gerakan Penolakan Kremasi MeluasSejak awal bulan ini, warga di Kabupaten Xifeng (Guizhou) dan Kabupaten Zhenxiong (Yunnan) telah berulang kali menggelar aksi besar-besaran menentang kremasi paksa. Beberapa kali terjadi bentrokan dengan petugas pemerintah. Wakil bupati Xifeng bahkan sempat ditahan warga. Warga Desa Mushan, Kecamatan Shidong, juga telah bergiliran berjaga di area makam selama lebih dari 20 hari. (Hui/asr)
Sumber : NTDTV.com