Pemeriksaan Leher Sederhana Bisa Deteksi Risiko Gagal Jantung, Benarkah?

voi.id
1 jam yang lalu
Cover Berita
Ilustrasi pemeriksaan leher bisa deteksi risiko gagal jantung. (Freepik)

JAKARTA - Gagal jantung sering sulit dikenali karena gejalanya bisa ringan dan mudah disalahartikan sebagai tanda penuaan atau kelelahan biasa. Namun sebuah studi terbaru menunjukkan pemeriksaan leher sederhana dapat membantu mendeteksi tanda awal risiko gagal jantung pada pria.

Pemeriksaan ini dikenal sebagai ultrasonografi karotis, yang mirip dengan ultrasonografi yang biasa dilakukan selama kehamilan. Peneliti menyarankan pemeriksaan ini bisa menjadi pertimbangan bagi dokter untuk pasien berusia di atas 60 tahun.

"Ultrasonografi karotis adalah pemeriksaan yang aman, murah, dan tidak menyakitkan. Temuan kami menunjukkan pemeriksaan ini dapat memberikan tanda peringatan awal gagal jantung," jelas Dr. Atinuke Akinmolayan, peneliti dari University College London (UCL) dan dokter umum, dikutip dari laman The Sun.

"Seorang pasien yang hasilnya menunjukkan risiko lebih tinggi bisa berdiskusi dengan dokter mengenai perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan risiko tersebut," lanjutnya.

Pemeriksaan ini memakan waktu sekitar 15–30 menit dengan alat genggam kecil yang digerakkan lembut di leher. Pemeriksaan memungkinkan dokter melihat kelenturan arteri karotis, pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke otak, wajah, dan leher.

Menurut British Heart Foundation (BHF), sekitar 920.000 orang di Inggris hidup dengan gagal jantung. Arteri besar dalam tubuh biasanya elastis, tetapi dapat mengeras karena penyakit atau penuaan. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, gagal jantung, serta meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Studi yang melibatkan 1.631 pria berusia 71–92 tahun menggunakan data dari British Regional Heart Study menunjukkan bahwa sepertiga pria dengan arteri paling kaku memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk mengalami gagal jantung dibanding mereka dengan arteri paling lentur.

Studi ini juga mengamati ketebalan arteri karotis, dan pria dengan arteri lebih tebal berisiko lebih tinggi mengalami serangan jantung. Setiap peningkatan ketebalan 0,16 milimeter meningkatkan risiko serangan jantung sekitar 29 persen.

"Temuan ini menunjukkan pengerasan arteri berkaitan dengan peningkatan risiko gagal jantung, kemungkinan karena jantung harus bekerja lebih keras melawan resistensi yang disebabkan arteri yang kaku," jelas Profesor Bryan Williams dari BHF.

"Jika perubahan ini terdeteksi di arteri karotis, kita juga harus mempertimbangkan dampaknya terhadap jantung dan risiko gagal jantung, yang dapat dicegah dengan strategi pengobatan," tambahnya.

Dr. Akinmolayan menambahkan penelitian lebih lanjut diperlukan, terutama untuk melihat apakah metode ini juga efektif pada wanita, namun dokter umum bisa mempertimbangkan pemeriksaan ini untuk pasien di atas 60 tahun jika diperlukan.

Studi lain dari UCL menunjukkan pemeriksaan singkat selama 10 menit juga dapat membantu jutaan orang dengan tekanan darah tinggi yang sulit diobati, khususnya yang disebabkan oleh kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon aldosteron berlebihan.

Masalah ini diperkirakan memengaruhi sekitar seperempat penderita hipertensi. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi aktivitas berlebih pada kelenjar adrenal yang mungkin terlewat oleh pemeriksaan konvensional.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Gagal Jantung

1. Gaya Hidup

- Merokok menjadi penyebab utama penyakit jantung.

- Obesitas dengan berat badan berlebihan, terutama di sekitar perut meningkatkan risiko.

- Diet tidak sehat disebabkan dari tinggi lemak jenuh, garam, dan gula. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan kenaikan berat badan.

- Kurangnya aktivitas fisik. Gaya hidup sedentari terkait dengan obesitas, hipertensi, dan kolesterol tinggi.

- Alkohol berlebihan bisa meningkatkan tekanan darah dan berat badan.

- Kolesterol tinggi dari lemak berlebih di darah bisa menyumbat arteri.

- Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu kebiasaan tidak sehat.

- Risiko ini juga karena faktor genetik. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung meningkatkan risiko.

2. Kondisi Medis

- Tekanan darah tinggi (hipertensi) memberikan beban tambahan pada jantung.

- Penyakit arteri koroner. Penumpukan plak di arteri dapat menyebabkan serangan jantung.

- Diabetes merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung.

- Gangguan otot jantung (kardiomiopati) jadi masalah pada otot jantung.

- Masalah katup jantung dapat membebani jantung.

- Penyakit jantung bawaan, seperti cacat jantung sejak lahir.

- Gangguan irama jantung (aritmia). Detak jantung tidak teratur, misalnya fibrilasi atrium.

- Sleep apnea merupakan gangguan pernapasan saat tidur.

- Penyakit ginjal kronis bisa memicu masalah jantung.

- Anemia dan gangguan tiroid dapat meningkatkan risiko.

- Riwayat serangan jantung merusak jaringan jantung dan mengganggu fungsi pemompaan darah.

- Infeksi virus tertentu. Virus yang menyerang otot jantung bisa menyebabkan gagal jantung.

Pemeriksaan ultrasonografi karotis yang sederhana, cepat, dan aman ini membuka peluang deteksi dini gagal jantung, sehingga pasien dapat melakukan langkah pencegahan lebih awal melalui perubahan gaya hidup atau pengobatan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
thumb
Berhasil disimpan.