Dewiku.com - Memasuki usia dewasa, tiba-tiba kita sadar: circle yang dulu ramai mendadak menyusut. Dulu, waktu sekolah atau kuliah, rasanya punya teman itu gampang—tinggal nongkrong, ketawa bareng, atau saling curhat soal tugas. Tapi ketika hidup mulai serius, karier mulai dibangun, dan tanggung jawab makin numpuk, kita mendadak merasa punya lebih banyak kenalan daripada teman dekat. Dan anehnya, ini terasa… wajar.
Salah satu alasan circle mengecil adalah berubahnya prioritas. Waktu yang dulu fleksibel kini terpotong oleh pekerjaan, keluarga, dan kebutuhan menjaga diri sendiri. Kita jadi lebih selektif: siapa yang benar-benar membuat hati ringan? Siapa yang bikin capek secara emosional? Pertemanan yang nggak lagi sejalan, perlahan memudar tanpa drama. Bukan karena kita jadi sombong atau tertutup, tapi karena energi kini harus dipakai lebih bijak.
Kualitas pun jadi lebih penting daripada kuantitas. Semakin dewasa, kita makin menghargai hubungan yang tulus, jujur, dan aman. Teman yang cuma muncul di momen seru atau sekadar butuh sesuatu, perlahan kehilangan tempat. Kita lebih butuh satu atau dua orang yang benar-benar bisa diandalkan, dibanding banyak teman yang sekadar hadir di permukaan. Circle mengecil, tapi biasanya jauh lebih sehat.
Perbedaan tujuan hidup juga jadi faktor. Ada yang fokus kerja, ada yang menikah, ada yang pindah kota, ada yang mengejar mimpi masing-masing. Intensitas bertemu berkurang bukan karena hubungan rusak, tapi karena setiap orang punya jalur dan ritme hidup berbeda. Kadang butuh dewasa untuk menyadari bahwa hubungan yang jarang bertemu pun tetap bisa baik-baik saja.
Pengalaman hidup juga membentuk cara kita berteman. Setelah pernah kecewa, dimanfaatkan, atau disakiti, kita jadi lebih hati-hati memilih siapa yang boleh masuk ke “ruang tenang” kita. Ini bukan trauma, tapi cara menjaga kesehatan mental. Kita belajar melepaskan pertemanan yang nggak saling menopang, dan merawat yang benar-benar bernilai.
Pada akhirnya, mengecilnya circle bukan tanda kegagalan sosial. Justru ini bagian natural dari bertumbuh. Di fase dewasa, kita tidak lagi mengejar keramaian, tapi keaslian dan kedamaian. Dengan teman yang lebih sedikit namun lebih berkualitas, hidup terasa lebih ringan, lebih fokus, dan lebih jujur apa adanya.
(Clarencia Gita Jelita)
- #circle pertemanan
- #dewasa
- #pertemanan
- Memilih Susu Pertumbuhan Anak: Tips untuk Orang Tua Masa Kini
- Kenapa Cewek Suka Mengingat-Ingat Kesalahan Pasangan? Ini Penjelasannya
- The Club Series: Kuas MUA Sporty-Luxury yang Bikin Makeup Auto Flawless
- Quality Time Ala Keluarga Modern: Nggak Perlu Jauh, yang Penting Bermakna
- Olahraga Makin Hits, Outfit Tetap Santun: Tren Sportwear Modest yang Lagi Naik Daun
- Ketika Kehamilan Datang Tanpa Diminta: Sunyi, Stigma, dan Ruang #SamaSamaAman yang Mesti Kita Ciptakan
- Akses Layanan Kesehatan Kelas Dunia, Kini Lebih Dekat untuk Keluarga Indonesia
- Seventh Anniversary, Noera Beauty Rilis Sunscreen Physical dengan Formula Baru yang Inovatif
- Regenerative Beauty: Tren Baru yang Bikin Kulit Glowing Alami Tanpa Kesan 'Diisi'
- Career Minimalism: Ketika Gen Z Memilih Bahagia, Bukan Hanya Berkarier
- Dewasa Nggak Selalu Dilihat dari Umur! Ini 5 Tanda Kamu Udah Glow Up Secara Mental
- Circle Pertemanan Kok Gitu-Gitu Aja? Cara Membangun Persahabatan Sejati di Era Digital
- Nggak Punya Mutualan Dekat? Normal Nggak, Sih, Merasa Nggak Punya Teman Pas Sudah Dewasa?




