Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu, 10 Desember 2025.
Pelemahan terjadi di tengah meningkatnya kewaspadaan pasar menjelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka pada level Rp16.670 per dolar AS atau melemah 0,06%. Sehari sebelumnya, rupiah justru sempat menguat 0,15% dan ditutup di posisi Rp16.660 per dolar AS.
Dolar AS Menguat Tipis
Indeks dolar AS (DXY) bergerak menguat tipis 0,02% ke level 99,233 pada pukul 09.00 WIB, setelah pada perdagangan sebelumnya naik 0,15%. Penguatan ini memberi tekanan tambahan terhadap rupiah serta mata uang negara berkembang lainnya.
Pergerakan rupiah pada hari ini diperkirakan masih didominasi sentimen eksternal, terutama dinamika dolar AS di tengah ketidakpastian kebijakan moneter global.
Dampak Data Tenaga Kerja AS
DXY menguat seiring rilis data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan ketahanan ekonomi. Laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) mencatat pembukaan lowongan kerja meningkat menjadi 7,67 juta pada Oktober.
Permintaan tenaga kerja yang tinggi memunculkan kekhawatiran bahwa inflasi bisa bertahan lebih lama, sehingga mempersempit ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga secara agresif. Hal ini memperkuat dominasi dolar AS di pasar global.
Pasar Tunggu Keputusan FOMC
The Federal Reserve dijadwalkan mengumumkan keputusan rapat FOMC pada Rabu malam waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar memperkirakan peluang 88% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.
Namun pelaku pasar kini juga menyoroti prospek kebijakan suku bunga untuk 2026. Proyeksi terbaru menunjukkan suku bunga acuan The Fed diperkirakan berada di sekitar 3,4% pada akhir 2026. Bila revisi dilakukan ke level lebih tinggi, dolar AS diprediksi semakin berpotensi menguat.
Spekulasi Pergantian Pimpinan The Fed
Ketidakpastian pasar juga dipicu spekulasi terkait pergantian pucuk pimpinan The Fed tahun depan. Investor mempertanyakan apakah pengganti Jerome Powell akan mengambil sikap yang lebih dovish seperti yang diharapkan sebagian pelaku pasar.
Dengan berbagai ketidakpastian tersebut, rupiah diperkirakan tetap sensitif terhadap sentimen global, terutama pergerakan dolar AS. Arah kebijakan The Fed malam ini menjadi penentu utama arah rupiah pada perdagangan jangka pendek.
Editor: Redaksi TVRINews



