Jakarta, VIVA – Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) menjadi salah satu kondisi kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius. IBD merupakan gangguan medis yang terjadi akibat adanya peradangan kronis pada saluran pencernaan dan dapat berlangsung dalam jangka panjang.
Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya, terutama ketika gejala tiba-tiba muncul atau kambuh akibat faktor pencetus seperti stres. Scroll lebih lanjut yuk!
IBD terdiri dari dua jenis utama, yakni kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Keduanya ditandai dengan peradangan pada usus, namun dapat menyerang area yang berbeda-beda dalam sistem pencernaan. Para ahli menjelaskan bahwa kondisi ini bersifat kronis dan membutuhkan pemantauan jangka panjang.
Gejala IBD dapat bervariasi pada tiap pasien, mulai dari tingkat ringan hingga berat. Beberapa tanda umumnya meliputi nyeri dan kram perut, diare berulang, mudah lelah, penurunan berat badan drastis, demam, hingga BAB berdarah.
Kombinasi gejala ini sering membuat pasien merasa khawatir dan terdorong untuk mencari penanganan medis lebih lanjut.
Peran Stres dalam Memicu Kambuhnya IBDSelain faktor fisik, aspek psikologis ternyata juga memiliki kontribusi besar terhadap kondisi pasien IBD. Dalam penjelasannya, seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam menekankan bahwa gangguan psikologis dapat memicu kekambuhan penyakit ini.
"Saya menyampaikan memang faktor psikologis berperan. Tadi yang saya bilang, IBD nggak pernah kambuh, tapi ketika udah mau masuk usia pensiun, udah memikirkan nanti nganggur, nggak punya penghasilan, anaknya masih sekolah, misalnya, ini juga akan jadi faktor. Tapi, jangan dibalik," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, dalam acara Pekan Kesadaran Kolitis Ulseratif Penyakit Crohn 2025 bersama Yayasan Gastroenterologi Indonesia, di Jakarta, Selasa 9 Desember 2025.
- VIVA/RizkyaFajarani Bahar
Ia menegaskan bahwa stres tidak menyebabkan IBD, namun dapat mencetuskan kekambuhannya.
"Kondisi IBD ini bisa relapse, yang saya bilang tadi kambuh, karena faktor psikologis atau faktor psikologis ini kan ngak selalu karena faktor pikiran," jelas Prof. Ari.





