EtIndonesia. Tiba-tiba terdengar dentuman keras, orang-orang berteriak dan berhamburan ke segala arah. Pada Senin pagi, Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk melancarkan serangan udara terhadap Kamboja, sementara dari sisi Kamboja terlihat asap tebal mengepul.
Ini adalah pertempuran paling serius antara Thailand dan Kamboja sejak konflik perbatasan pecah pada Juli tahun ini. Kedua pihak sama-sama menuduh pihak lawan melanggar kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden Trump.
“Sikap Thailand, termasuk tindakan militernya, akan tetap tidak berubah sampai Kamboja mengubah pendiriannya dan menempuh jalan damai,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri
Nikorndej Balankur.
Perdana Menteri Thailand, Anutin, menegaskan bahwa Thailand sama sekali tidak menginginkan kekerasan, tetapi juga tidak akan mentolerir pelanggaran terhadap kedaulatannya.
Militer Thailand menyatakan bahwa dalam putaran konflik terbaru ini, sedikitnya satu prajurit Thailand tewas dan delapan lainnya luka-luka. Militer juga mengatakan bahwa Kamboja telah mengerahkan senjata berat, menata ulang pasukan tempurnya, serta menyiapkan kekuatan pendukung untuk kemungkinan eskalasi militer.
Kementerian Pertahanan Thailand mengonfirmasi bahwa sasaran serangan udara Thailand pada Senin adalah fasilitas militer Kamboja yang digunakan untuk mengerahkan artileri jarak jauh. Berdasarkan informasi intelijen, Kamboja berniat menggunakan senjata tersebut untuk menyerang sebuah bandara sipil dan sebuah rumah sakit umum di Thailand.
Thailand memperingatkan bahwa militer Kamboja kemungkinan telah mengerahkan peluncur roket PHL-03 buatan Tiongkok. Data menunjukkan bahwa senjata ini merupakan andalan pasukan roket PKT, dengan jangkauan tembak antara 70 hingga 130 kilometer. Saat ini, militer Kamboja memiliki 6 unit sistem tersebut. Selain itu, Kamboja juga memiliki 48 unit sistem peluncur roket ganda BM-21 buatan Rusia.
Di sisi lain, pihak Kamboja mengecam serangan Thailand dan menyatakan Kamboja tidak membalas dengan kekuatan militer.
Seiring kembali berkobarnya konflik, warga yang tinggal di sepanjang perbatasan Thailand–Kamboja mulai dievakuasi dalam jumlah besar. Sebagian warga lainnya berlindung di bunker atau tempat penampungan sementara untuk menghindari tembakan artileri. (Hui)
Laporan gabungan oleh reporter New Tang Dynasty Television, Yi Jing.





