Dokter Peringatkan Bahaya Krim Pemutih, Sebabkan Gagal Ginjal hingga Cacat Janin

viva.co.id
2 hari lalu
Cover Berita

Tangerang, VIVA – Sejumlah dokter spesialis dermatologi dan venereologi mengingatkan masyarakat mengenai bahaya penggunaan krim pemutih instan yang tidak bertanggung jawab.

Peringatan ini disampaikan dalam sebuah Media Interview Session & Doctor Appreciation yang menghadirkan para dermatolog dan praktisi kesehatan kulit untuk memperkuat edukasi publik seputar pentingnya dermatocosmetics berbasis riset. Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!

Baca Juga :
Dokter Ungkap Kulit Sehat dan Glowing Bisa Didapat dari Kebiasaan Sederhana, Apa Itu?
Ternyata Pigmentasi Jadi Keluhan Utama Masalah Kulit Orang Indonesia, Apa Sebabnya?

Salah satu yang menyoroti isu ini adalah Dokter spesialis dermatologi dan venereologi (Kulit dan Kelamin), Dr. Idrianti Idrus, SpDVE, yang menjelaskan bahwa banyak krim pemutih menawarkan hasil instan dengan cara yang berbahaya.

“Produk seperti itu membuat kulit tampak cepat putih karena terjadi over eksfoliasi. Pigmen ditekan secara agresif, kelenjar minyak dipaksa bekerja keras, sehingga kulit terlihat lebih cerah hanya sementara,” jelas dokter Idrianti di acara ISISPHARMA yang digelar Regenesis Indonesia, di Tangerang, baru-baru ini. 

Efek jangka pendeknya bisa berupa iritasi, kemerahan, hingga munculnya pembuluh darah halus pada permukaan kulit. Tak jarang kondisi ini memicu jerawat berulang. Saat penggunaan dihentikan, flek atau hiperpigmentasi justru dapat memburuk dan berkembang menjadi kondisi okronosis.

Menurut Dr. Idrianti, bahaya yang lebih serius kerap terjadi pada penggunaan jangka panjang, terutama jika produk mengandung hidrokuinon atau merkuri.

“Ada laporan efek samping berat seperti gagal ginjal. Dan khusus bagi ibu hamil, bahan berbahaya ini dapat terserap ke dalam darah dan meningkatkan risiko cacat janin, termasuk gangguan pertumbuhan tulang dan otak,” tegasnya.

Edukasi Pentingnya Dermatocosmetics Berbasis Evidence

Selain isu krim pemutih, para dokter juga membahas permasalahan kulit yang sering ditemui pada masyarakat Indonesia seperti hiperpigmentasi, rosacea, hingga kulit atopik.

Dr. Sri Ellyani, SpDVE, menekankan pentingnya penggunaan bahan aktif dengan bukti klinis untuk menangani hiperpigmentasi secara tepat. Kemudian, Dr. Reiva Farah, SpDVE, menambahkan bahwa kulit atopik membutuhkan formula yang lembut namun efektif, terutama yang telah melalui uji klinis terstandar.

Dalam sesi lanjutan bertema “Why Science Matters: Choosing Dermatocosmetics with Proven Clinical Results,” tiga pembicara—dr. Litya Ayu, SpDVE, dr. Ayu Hanapi, dan dr. Indira Lisa, SpDVE—mengajak masyarakat lebih kritis dalam memilih produk perawatan kulit di tengah gempuran skincare baru.

Baca Juga :
Jangan Asal Pakai Serum: Pilih Kandungan Ini Kalau Mau Kulit Plumpy, Tampak Lebih Muda dan Sehat
Kusam-Flek Hitam Sering Dialami Orang Indonesia, Ini Tips Pilih Skincare yang Cocok untuk Kulit Tropis
Urutan Pakai Toner yang Benar, Jangan Sampai Salah Lagi

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Airlangga Siap Finalisasi Negosiasi Tarif Dagang AS-Indonesia Pekan Depan
• 14 jam laluidxchannel.com
thumb
Kompolnas Ungkit Pengeroyokan 2 Matel hingga Tewas, Dukung Proses Etik Berat dan Pidana
• 11 jam laludisway.id
thumb
Langkah Strategis Kemenperin Percepat Pengentasan Kemiskinan Ekstrem
• 3 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
?Puncak HUT Pertama, GAN Tegaskan Komitmen Gerakan Sosial Berbasis Asta Cita
• 5 jam lalujpnn.com
thumb
Bio Farma pastikan layanan kesehatan jangkau korban banjir di Aceh
• 7 menit laluantaranews.com
Berhasil disimpan.