JAKARTA, KOMPAS.com - Wamenko Kumham Imipas sekaligus anggota Komisi Percepatan Reformasi Polri, Otto Hasibuan, bertanya-tanya, kenapa begitu banyak orang yang membenci Polri, tetapi malah semakin banyak yang ingin menjadi polisi.
Otto menyebut, kini banyak orang yang rela membayar agar anaknya bisa masuk ke Akademi Kepolisian (Akpol).
Hal tersebut disampaikan Otto usai Komisi Percepatan Reformasi Polri berdiskusi dengan para mantan Kapolri hingga ormas keagamaan di Gedung Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Rabu (9/12/2025).
Mulanya, Otto menuturkan semua pihak sepakat bahwa ada masalah di tubuh Polri, sehingga Korps Bhayangkara tersebut perlu direformasi.
Baca juga: Otto Bantah Rehabilitasi Dirut ASDP Ira Puspadewi Bentuk Intervensi Hukum
Lalu, barulah Otto bingung, kenapa polisi begitu dibenci, tetapi orang-orang ramai-ramai ingin menjadi polisi.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=Akademi Kepolisian, reformasi polri, Kebencian terhadap Polri, Minat jadi polisi, orang membenci polri, banyak orang mau jadi polisi&post-url=aHR0cHM6Ly9uYXNpb25hbC5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xMS8wNTI5NTM5MS9vdHRvLWhhc2lidWFuLWtlbmFwYS1vcmFuZy1iZW5jaS1wb2xyaS10YXBpLW1ha2luLWJhbnlhay15YW5nLW1hdS1qYWRp&q=Otto Hasibuan: Kenapa Orang Benci Polri, tapi Makin Banyak yang Mau Jadi Polisi?§ion=Nasional' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `"Yang menjadi hal yang masih belum terpecahkan dan sedang kita pikirkan, kenapa kita katakan, dan banyak tadi yang memberikan masukan pendapat, banyak kebencian orang terhadap Polri," ujar Otto.
"Mereka mengatakan seperti itu, yang masukan itu. Tapi, saya mengatakan sebaliknya, saya berpikir, kenapa orang mengatakan benci kepada polisi, institusi polisi, tetapi semakin banyak pula orang yang pengen jadi polisi? Kan ini menjadi persoalan," sambung dia.
Otto mengatakan, orang-orang berlomba-lomba masuk ke Akpol, bahkan sampai mengeluarkan uang.
"Berlomba-lomba orang ingin menjadi Akpol, jadi Bintara, rebutan bayar sana bayar sini. Padahal, yang dimasukinnya itu adalah suatu hal yang dibenci oleh masyarakat," ucap Otto.
Baca juga: Yusril, Otto Hasibuan, hingga Supratman Datangi Istana Jelang Pelantikan Komite Reformasi Polri
Menurut Otto, mereka perlu memikirkan apakah orang-orang yang ingin menjadi polisi jangan-jangan sudah menikmati kebencian masyarakat tersebut.
Meski begitu, dia juga tidak menutup kemungkinan, bisa saja seseorang malah menjadi rusak setelah menjadi polisi.
"Pemikiran kita adalah, apakah anak-anak ini yang disetujui orangtuanya masuk ke Akpol, umpamanya, itu pada mulanya sebenarnya masih bersih enggak ke sana itu? Dengan pemikiran-pemikiran apa. Atau setelah dia masuk, maka dia jadi rusak," kata dia.
"Atau sebelumnya memang pemikirannya sudah rusak, karena dia ingin masuk polisi itu karena madu yang diiming-iming kalau ingin menjadi polisi, atau karena memang tadinya dia sebenarnya bagus, tapi setelah masuk jadi rusak. Justru institusinya membuat dia rusak, atau sebelumnya dia sudah rusak," lanjut Otto.
Otto menekankan, fenomena tersebut merupakan tugas berat bagi Komisi Percepatan Reformasi Polri.
Baca juga: Yusril dan Otto Hasibuan Sambangi Polda Metro, Temui Tahanan Demo
Dia mengeklaim mereka tengah mendalami, kenapa Polri sangat dibenci, tetapi semakin banyak orang yang mau mengabdi sebagai polisi.
Sementara itu, Otto menyampaikan, Polri bisa saja terpuruk bukan murni karena Polri itu sendiri.
Dia curiga, ada pihak dari luar yang memaksa Polri menjadi tidak independen lagi.
"Nah, sehingga pemikiran kita, apakah dalam reformasi Polri ini kita hanya mau mereformasi internal Polri-nya atau lembaga-lembaga lain yang terkait di dalamnya. Apakah umpamanya partai politik juga mempengaruhi ketidak-independensi-an daripada Polri ini? Ini salah satu pertanyaan," imbuh Otto.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



