Penebusan Dosa dan Jalan Pulang Sang Wartawan

kumparan.com
1 hari lalu
Cover Berita

Hubungan terlarang antara Fitrah dan Syakira semakin jauh, menggerogoti janji suci yang telah ia ucapkan bertahun-tahun lalu di depan Perawat Arine. Setiap tawa Arine, setiap pelukan Arjuna dan Kinara, terasa seperti ribuan jarum forensik yang menusuk hati Fitrah.

Ia mencoba menipu diri sendiri, meyakinkan bahwa tindakannya adalah bentuk kemanusiaan, memastikan Syakira dan ketiga anaknya mendapatkan kehidupan yang lebih baik (semacam pro bono atau bantuan hukum gratis, tapi pakai bumbu emosional), namun hatinya tahu, itu semua hanyalah pembenaran egois untuk menutupi hasrat dan kekosongan pribadi yang melanggar kode etik pernikahan.

Arine, dengan naluri seorang istri dan perawat yang tajam, merasakan aura dingin menyelimuti rumah mereka. Kehangatan yang dulu membara kini hanya bara sisa. Fitrah sering melamun, pandangannya kosong, ponselnya selalu dalam mode senyap, seolah menyembunyikan delik perselingkuhan.

Arine tidak menyerang dengan amarah, dia mengamati, hatinya hancur perlahan, mengumpulkan potongan puzzle keretakan rumah tangganya dengan sabar yang menyakitkan, mirip mengumpulkan barang bukti yang tercecer di locus delicti bencana.

Suatu sore yang kelabu, saat Fitrah sedang mandi, ponselnya bergetar di meja. Arine, yang hatinya sudah remuk redam oleh kecurigaan, melihat pesan masuk dari kontak bernama ‘Syakira Nada Palsu’. Memberanikan diri, Arine membuka pesan itu.

Dunia di sekelilingnya seakan berhenti berputar, hancur lebur membaca kata-kata mesra, janji-janji palsu, dan ungkapan rindu yang seharusnya hanya ditujukan untuknya. Air matanya langsung tumpah, membasahi layar ponsel, pernikahan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan integritas kini terasa seperti abu, hancur.

Saat Fitrah keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit pinggang, ia mendapati Arine duduk di tepi tempat tidur, memegang ponselnya dengan tatapan terluka yang menghancurkan jiwa Fitrah. Dunia Fitrah seakan runtuh saat itu juga, mirip partai politik yang kena skandal. Ia tidak bisa menyangkal, tidak bisa berbohong, hanya rasa bersalah luar biasa besar yang memenuhi dadanya, seolah-olah dia dituntut pasal berlapis-lapis.

"Maafkan aku, Arine," ucap Fitrah lirih, suaranya bergetar menahan tangis, mirip saksi bisu di pengadilan.

Arine menatap Fitrah, air mata mengalir deras di pipinya yang tirus. "Kenapa, Fit? Apa kurangnya aku? Apa kurangnya Arjuna dan Kinara di matamu? Apa arti janji suci kita dulu, yang kita ucapkan di depan penghulu dan keluarga kita?"

Fitrah tidak bisa menjawab. Dia hanya bisa menangis dalam diam, rasa penyesalan yang membuncah merindukan kedamaian dan kehangatan keluarga yang kini terancam hancur oleh kebodohannya. Dia tahu, kali ini dia yang jadi tersangka utama.

Selama beberapa hari, rumah mereka diselimuti keheningan yang memekakkan, mirip suasana ruang sidang setelah vonis mati dibacakan. Arine memilih diam, lukanya terlalu dalam untuk diungkapkan dengan kata-kata. Fitrah merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri, setiap sudut ruangan dipenuhi bayang-bayang kebahagiaan masa lalu yang kini terasa menyakitkan.

Anak-anak yang polos merasakan ketegangan itu, Arjuna sering datang padanya dengan mata berkaca-kaca dan bertanya, "Ayah sama Ibu kenapa? Ibu nggak mau senyum lagi," membuat hati Fitrah semakin sakit dan hancur, seolah-olah dia dijatuhi sanksi sosial oleh anaknya sendiri.

Puncak penyesalan Fitrah terjadi saat ia melihat Arjuna dan Kinara bermain bersama di taman belakang. Tawa polos mereka, kebahagiaan murni yang terpancar, membuat Fitrah tersadar. Di mata polos mereka, Fitrah melihat masa depannya hancur, kehancuran yang ia sebabkan sendiri jika ia terus dalam hubungan terlarang itu.

Ia sadar, tidak ada Syakira atau pekerjaan investigasi yang bisa menggantikan cinta dan kebahagiaan abadi bersama Arine dan anak-anaknya. Skakmat egois.

Fitrah memutuskan untuk insaf dan tobat nasuha. Dengan hati hancur dan penuh penyesalan, ia menemui Syakira untuk terakhir kalinya, menjelaskan bahwa ia tidak bisa melanjutkan hubungan mereka dan harus kembali ke keluarganya, kembali ke jalan yang benar.

Syakira, meskipun dengan hati hancur, mengerti. Fitrah juga memastikan bahwa Syakira dan anak-anaknya mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan melalui jalur resmi (lewat dinas sosial dan Bu Cynthia mungkin), bukan melalui hubungan terlarang yang melanggar asas kepatutan.

Fitrah kembali ke rumah, langkahnya berat, penuh rasa bersalah, mirip pejabat korup yang baru keluar dari tahanan KPK. Ia berlutut di hadapan Arine, memeluk kakinya sambil menangis tersedu-sedu.

"Aku bersalah, Arine. Aku khilaf, kena bid'ah rasa. Aku janji, demi Tuhan, aku akan memperbaiki semuanya, aku janji tidak akan mengulangi kesalahan ini. Aku cinta kamu, aku cinta anak-anak kita lebih dari apapun," ucap Fitrah penuh penyesalan, air mata membanjiri pipinya.

Arine menatap suaminya, hatinya masih terluka parah, tapi ia melihat ketulusan yang mendalam di mata Fitrah, penyesalan yang membara, mirip api semangat wartawan bodrex kejar amplop. Dengan hati yang berat dan air mata yang masih mengalir, Arine mengangguk, memberinya kesempatan kedua.

"Aku akan coba memaafkanmu, Fit," jawab Arine lirih. "Demi anak-anak kita, demi masa depan kita. Tapi tolong, jangan hancurkan kepercayaan ini lagi, itu mata uang paling berharga di rumah ini."

Sejak saat itu, Fitrah benar-benar berubah. Ia fokus pada keluarga dan pekerjaannya, menghindari godaan, membangun kembali kepercayaan yang sempat hancur perlahan tapi pasti. Hubungan Fitrah dan Arine perlahan membaik, mereka saling terbuka, berkomunikasi, dan berusaha membangun kembali rumah tangga mereka di atas fondasi yang lebih kuat, anti praperadilan.

Aroma tinta di markas Kabar Kilat kembali terasa manis, aroma kehidupan baru yang penuh makna. Fitrah Nusantara, sang wartawan yang pernah tersesat, kini kembali ke jalan yang benar, kali ini dengan kebijaksanaan ekstra dan tekad yang kuat untuk menjaga keutuhan keluarganya, cinta sejatinya yang ditemukan di UGD. (Bersambung – Kolaborasi Dua Kutub Balas Dendam)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Polisi Belum Tetapkan Tersangka Kasus Tabrakan Mobil SPPG
• 9 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Pendidikan Vokasi Masuk Strategi Baru Industrialisasi Nasional
• 22 jam lalukumparan.com
thumb
Jeff Garcia, Pengisi Suara Sheen di “Jimmy Neutron”, Meninggal di Usia 50 Tahun
• 23 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Update Klasemen Medali Emas SEA Games 2025 Hari Ini: Indonesia di Peringkat Kedua
• 19 jam lalumedcom.id
thumb
Soroti Turunnya Indeks Persepsi Korupsi dan Pentingnya Budaya Antikorupsi
• 15 jam lalurealita.co
Berhasil disimpan.