Bencana banjir dan longsor di Sumatra Brat, Sumatra Utara dan Aceh, tidak hanya menghilangkan nyawa, kerusakan bangunan dan infrastruktur, tetapi juga menyisakan trauma bagi para korban. Guru meditasi dan pakar energi Bunda Arsaningsih menyatakan meditasi sebagai salah satu cara untuk membantu penyembuhan (healing) para korban bencana.
Bunda Arsaningsih mengatakan setiap terjadi bencana terdapat radiasi energi negatif seperti ketakutan, cemas, marah, merasa kehilangan, kecewa dan sedih. "Sehingga saat setiap bencana, kami melakukan meditasi membersihkan energi trauma di tempat tersebut," kata Bunda Arsaningsih saat Soul Conference ke-10 di Banyuwangi, Jawa Timur, dikutip Selasa (10/12).
Bunda Arsaningsih mengatakan meditasi untuk korban bencana akan membuat mereka meredakan emosi-emosi negatifnya. "Ketika energi dibersihkan barulah lega dan mereka bertumbuh, semangat, sehingga menguatkan jiwanya," kata dia.
Guru meditasi dan peraih dua rekor MURI memiliki dua pendekatan unik dalam mengatasi masalah kesehatan mental. Pertama, pengukuran radiasi energi bernama SOUL Meter (Measurement Technique of Radiation). Kedua, meditasi SOUL Reflection, yakni meditasi refleksi/berkesadaran terhubung dengan kekuatan Tuhan.
Metode Soul Reflection membantu individu memahami dan mengenali diri mereka melalui refleksi mendalam. Inti dari metode ini adalah membersihkan energi negatif yang menghambat keseimbangan mental dan emosional, sehingga individu dapat mencapai kedamaian batin dan kejernihan pikiran.
Pada saat Soul Conference ke-10, Bunda Arsaningsih membimbing meditasi para peserta yang berjumlah sekitar 700 orang hadir online dan offline di Aston Banyuwangi Convention Centre. Bunda Arsaningsih menuntun peserta terhubung dengan Tuhan lalu membersihkan kekotoran batin, kemudian meradiasikan energi positif ke tempat dan korban bencana di Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Aceh.
"Dengan meditasi Soul Reflection jarak jauh, secara energi bisa menurunkan energi Tuhan, paling tidak membersihkan rasa tidak enak (kepada para korban)," kata dia.
Soul Conference ke-10 yang berlangsung 5-7 Desember 2025 ini juga dihadiri mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono.
Ganjar yang kini aktif dalam program Teman Cerita, pemberian konselor bagi kesehatan mental anak muda. "Pasca bencana bakal panjang, ada yang kehilangan keluarga, para korban akan membutuhkan pendampingan mengatasi tekanan mental mereka," kata Ganjar.
Ganjar mengutip hasil riset Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2022 yang menyatakan 1 dari 8 orang di dunia hidup dengan gangguan mental. "Orang yang memiliki support system kuat, punya risiko depresi dua hingga tiga kali lebih rendah," kata Ganjar.
Pentingnya Menjaga Keseimbangan AlamBunda Arsaningsih menyatakan spiritual terkait hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Terkait bencana yang terjadi di Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Aceh menunjukkan ketidakseimbangan hubungan manusia dengan alam.
Bunda Arsaningsih memberikan pembelajaran mengenai hubungan manusia dengan alam saat konferensi di Banyuwangi. "Saya memberikan pemahaman kepada para murid yang mengikuti konferensi agar mereka menambahkan keselarasan dengan alam. Sekaligus kita menyatu dengan alam, merasakan bagaimana Tuhan menciptakan alam ini dengan sangat indah. Kita perlu menjaganya, tidak merusak, karena itu bagian dari proses spiritual," kata dia.
Pembelajaran di alam berlangsung di kawasan hutan De Djawatan yang dikenal magis bak Hutan Fangorn dalam film Lord of the Rings. Pohon-pohon trembesi berusia ratusan tahun tampak kokoh dan kuat memenuhi De Djawatan.
Tahun ini adalah SOUL Conference yang ke-10. Mengangkat tema besar “Bertumbuh Menyeluruh (Holistic Growth)”. Banyuwangi sebagai lokasi konferensi memiliki simbol-simbol spiritual khas, salah satunya Gajah Oling.
Dalam tradisi masyarakat Osing, gajah melambangkan kebesaran dan kekuatan Sang Pencipta, sementara kata “Oling” berasal dari “eling” yang berarti kesadaran dan kemampuan untuk selalu mengingat Tuhan. Perpaduan kekuatan dan kesadaran inilah yang menjadi dasar pemahaman pertumbuhan menyeluruh dalam empat aspek kehidupan: kesehatan, hubungan, kemakmuran, dan spiritualitas.
“Filosofi Gajah Oling ini selaras dengan perjalanan batin manusia. Ia mengingatkan kita untuk bertumbuh secara seimbang—tidak hanya fisik dan pikiran, tetapi juga energi dan spiritualitas,” kata Bunda Arsaningsih.

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5440254/original/014080000_1765427607-bojan.jpg)

