AGAM, DISWAY.ID - Hujan kembali menyirami Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Bagi sebagian besar orang, rintik air adalah rahmat, namun tidak bagi para murid SDN 09 Gumarang.
Kedatangan guru agama Wilda Ariani pagi itu, membawa serta dua anaknya, menyiratkan beban kecemasan yang mendalam. Mereka adalah bagian dari korban tak terlihat pasca-bencana banjir bandang atau disebut galodo oleh warga sekitar yang melanda wilayah tersebut.
Di tengah suasana yang masih diliputi awan kelabu ingatan bencana, SDN 09 Gumarang menjadi panggung bagi upaya penyembuhan.
BACA JUGA:Peduli Bencana, JNE Fasilitasi Pengiriman Bantuan untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumatera
Pagi itu, Tim Trauma Healing dari Polda Riau bersama Himpunan Psikologi Indonesia (HIPSI) hadir untuk melakukan pendampingan.
Mereka membawa permainan, interaksi, dan metode sederhana untuk membantu anak-anak mengatasi kecemasan dan mengurai simpul-simpul trauma dari peristiwa yang mengerikan.
Wilda Ariani, seorang guru agama di sekolah itu, menyambut kegiatan ini dengan antusiasme yang bercampur keputusasaan seorang ibu.
Meskipun kedua anaknya, Nazuratul Husna dan Affan Zafran, bersekolah di tempat lain yang kini terdampak dan diliburkan, Wilda segera meminta izin kepala sekolah untuk membawa mereka.
BACA JUGA:Link Live Streaming Voli Putri Indonesia vs Myanmar di SEA Games 2025, Laga Krusial Skuad Srikandi Menuju Semifinal
Baginya, sesi terapi ini adalah secercah harapan agar trauma yang membayangi sang buah hati bisa sedikit terangkat.
Warga Nagari (desa) Salareh Aia, Palembayan, itu mengungkapkan trauma kedua anaknya kini sangat terkait dengan cuaca. Setiap rintik yang jatuh memicu kecemasan yang ekstrem.
"Kebetulan karena kami dekat dengan bencana galodo dia agak takut, kalau hujan dia merasa takut sehingga bertanya 'apa doa supaya hujan berhenti'," tuturnya dengan mata berkaca-kaca, mengingat sebelum galodo, hujan memang turun tanpa henti selama berhari-hari, Kamis (11/12/2025).
Kecemasan itu nyata dan memilukan. Sebagai seorang ibu, Wilda sudah berusaha menenangkan mereka, menjelaskan bahwa hujan adalah rahmat dan sumber kehidupan. Namun, upaya itu tak sepenuhnya berhasil.
BACA JUGA:110 Pasien Jalani Operasi Katarak Gratis TP PKK di RSKD Duren Sawit
"Jawabnya 'iya', tapi kelihatan pucat mukanya," ujarnya.
- 1
- 2
- »





