Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman membenarkan bahwa harga bahan-bahan pokok mulai merangkak naik jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), terutama cabai.
Amran mengatakan, pemerintah akan turun tangan dengan operasi pasar pada komoditas pangan. Dia mengaku telah meminta Direktur Jenderal Hortikultura untuk mengatasi hal ini.
"Sayur-sayuran naik. Cabai. Kami minta nanti seluruh tim kita operasi pasar. Cabai nanti kami sudah beri tahu Dirjen Hortikultura. Cabai tolong, karena bawang merah kita sudah ekspor juga," ungkap Amran saat konferensi pers di Kantor Kementan, Kamis (11/12).
Menurut dia, kenaikan harga bahan pokok memang biasanya terjadi di akhir tahun lantaran sulitnya distribusi imbas banyak bencana.
"Nah tinggal distribusi. Memang yang agak mengganggu harga biasanya di tahun baru Nataru itu adalah karena ada longsor, ada banjir, ini distribusinya yang biasa agak berat," ungkap Amran.
Di sisi lain, Amran menjamin bahwa harga beras akan tetap stabil, mengingat Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat beras sebagai salah satu penyumbang deflasi.
"Kita lihat beras terjadi deflasi sudah 2-3 bulan terakhir dan itu tidak pernah terjadi. Kita lihat 7 tahun terakhir tidak pernah terjadi di bulan paceklik, Oktober-November masuk Desember kita lihat tetapi harga stabil," tegas Amran.
Meski harga komoditas beras masih stabil, dia memastikan pemerintah tetap akan menyelenggarakan operasi pasar. Sebab, stok beras pemerintah juga masih sangat mencukupi hingga akhir tahun.
"Kita ingin melakukan operasi pasar, tidak boleh puas dengan penurunan sekarang. Kami harus operasi pasar. Kenapa? Stok kita hari ini tanggal 11 itu 3,7 juta ton, dan ini tertinggi dalam sejarah Republik Indonesia," jelas Amran.
Amran memprediksi stok beras pada akhir tahun berada di kisaran 3,6 juta ton, jauh lebih besar dari stok beras akhir tahun pada periode-periode sebelumnya yang biasanya sebanyak 2 juta ton,
"Selama ini maksimal di akhir tahun 2 juta ton. Prediksi kami tinggal 20 hari di gudang kemungkinannya 3,65-3,67 juta ton, dan itu tertinggi. Jadi masalah beras untuk Republik Indonesia Insyaallah aman," ungkapnya.
Operasi Pasar Beras di Papua
Sementara itu, Amran juga telah menginstruksikan operasi pasar beras di wilayah Papua, di mana harga beras di sana masih mahal. Pengiriman pasokan beras dilakukan melalui jalur udara.
"Solusi permanen adalah kami sudah bicara seluruh Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Barat, Papua Barat Daya, adalah kebutuhan beras di Papua 660 ribu ton. Kita penuhi baru 120 ribu ton. Kita masih butuh 500 ribu ton," tutur Amran.
Amran mengungkapkan, sisa kebutuhan beras untuk wilayah Papua sebesar 500 ribu ton tersebut harus dipenuhi dari tambahan area pesawahan sebanyak 100 ribu hektare hingga tahun 2027.
"Insyaallah 2026-2027 kita beresin. Artinya apa? Papua solusi permanen adalah memproduksi beras, dan bukan saja beras, umbi-umbian yang juga diminta oleh saudara-saudara kita di sana. Jadi beras Insyaallah 2 tahun kita selesaikan. Insyaallah selesai mandiri pangan," ujar Amran.
Dengan penambahan area sawah tersebut, Amran memastikan seluruh pulau di penjuru Indonesia bisa merasakan mandiri pangan, setidaknya hingga 2 tahun mendatang.
"Kita ingin seluruh pulau mandiri pangan. Sumatera sudah mandiri pangan. Oleh karena itu ada bencana kita tidak kesulitan. Kalimantan mandiri pangan. Sulawesi mandiri pangan khususnya beras ya. Kemudian Papua ini satu pulau mandiri pangan 2 tahun ke depan," kata Amran.
