Samator-ITB Lanjutkan Kolaborasi Dorong Teknologi Carbon Capture & Storage di RI

kumparan.com
13 jam lalu
Cover Berita

PT Samator Indo Gas Tbk melanjutkan kerja sama strategis dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait pemanfaatan produk liquid serta pengelolaan bersama pabrik Liquid CO2 dan aspek-aspek lain pada pengembangan Proyek Center of Excellence (COE) Carbon Capture and Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS).

Perpanjangan Nota Kesepahaman ini menjadi kelanjutan dari kemitraan yang telah terjalin sejak tahun 2018, ketika kerja sama serupa pertama kali ditandatangani saat perusahaan masih bernama PT Aneka Gas Industri Tbk.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan di Kampus ITB, Bandung, dan dihadiri oleh pimpinan kedua institusi.

Dari pihak ITB hadir Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi, Prof. Ir. Lavi Rizki Zuhal, Ph.D., sementara dari PT Samator Indo Gas Tbk hadir Direktur Utama PT Samator Indo Gas Tbk, Rachmat Harsono.

Sejak 2018, kerja sama antara ITB dan Samator telah menjadi fondasi penting bagi pemanfaatan Liquid CO2 dan optimalisasi operasional pabrik CO2 yang dimiliki perusahaan di wilayah Subang dan Cilamaya, Jawa Barat.

Kolaborasi ini mendukung berbagai pemanfaatan CO2 dalam industri makanan dan minuman, pengelasan (welding gas), food packaging, serta berbagai aplikasi lain yang relevan dengan kebutuhan industri nasional.

PT Samator Indo Gas Tbk, sebagai perusahaan produsen gas industri terbesar di Indonesia, menegaskan bahwa kemitraan ini merupakan langkah strategis dalam mendukung pengembangan teknologi rendah karbon.

Infrastruktur pabrik Liquid CO2 yang telah dimanfaatkan sejak perjanjian pertama pada 2018 kini menjadi basis pengembangan teknologi pemanfaatan CO2 yang lebih efektif, termasuk untuk kebutuhan CCS/CCUS di masa depan.

Direktur Utama PT Samator Indo Gas Tbk, Rachmat Harsono, menyatakan kebanggaannya dapat melanjutkan kolaborasi penting ini dengan ITB.

Ia menuturkan bahwa pengelolaan CO2 bukan hanya kebutuhan industri komersial, tetapi juga bagian dari strategi besar perusahaan untuk mendukung inisiatif dekarbonisasi di Indonesia.

Menurutnya, pabrik dan jaringan distribusi Samator menjadi laboratorium nyata bagi peneliti ITB untuk menghasilkan inovasi yang relevan dan aplikatif.

Selain itu, pengalaman Samator dalam mendukung proyek-proyek berbasis CO2 juga diperkuat melalui keterlibatan pada empat proyek EOR (Enhanced Oil Recovery), di mana Liquid CO2 digunakan untuk meningkatkan produksi sumur tua melalui metode injeksi sekaligus berpotensi menyimpan karbon di bawah tanah.

Sebagai bagian dari kerangka regulasi CCUS nasional, praktik EOR ini juga berkontribusi pada dekarbonisasi dan peluang penciptaan kredit karbon.

Kini, perpanjangan MoU menegaskan komitmen kedua pihak dalam melanjutkan kontribusi pada pengembangan teknologi untuk menangkap dan menyimpan CO2 yang menjadi salah satu tonggak penting menuju target penurunan emisi karbon nasional.

ITB melalui Center of Excellence (COE) CCS/CCUS telah aktif dalam berbagai riset dan pilot project bekerja sama dengan instansi pemerintah serta industri energi.

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. Lavi Rizki Zuhal, Ph.D., mengatakan bahwa Centers of Excellence dan kelompok riset di ITB terus berkolaborasi dengan instansi pemerintah serta pelaku industri untuk merancang proyek nyata, menguji teknologi baru, dan mendukung regulasi yang sedang berkembang.

Ia menegaskan bahwa ITB siap memperkuat kolaborasi ini melalui riset bersama, program inovasi, dan pengembangan kapasitas, sehingga Indonesia tidak hanya berpartisipasi, tetapi juga turut membentuk pasar karbon global yang adil, transparan, dan berintegritas tinggi.

Ruang lingkup kerja sama antara PT Samator Indo Gas Tbk dan ITB mencakup berbagai kegiatan yang mendukung penguatan pendidikan, penelitian dan pengembangan inovasi.

Kolaborasi ini meliputi kerja sama dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan riset untuk mendorong lahirnya teknologi baru, kegiatan pengabdian kepada masyarakat, serta inisiatif pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan.

Selain itu, akan ada pula konsultasi, pendampingan, dan kajian strategis dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Rachmat Harsono menutup dengan keyakinan bahwa sinergi industri dan akademisi adalah jalur terbaik untuk menghasilkan terobosan. Dengan perpanjangan MoU ini, pihaknya siap melangkah lebih jauh dalam pengembangan teknologi CO2 yang bermanfaat baik bagi dunia industri maupun lingkungan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Tangani Bencana Aceh, Kementerian PU Fokus Pulihkan Konektivitas Jalan dan Jembatan Nasional, Progres Mencapai 48,34 Persen
• 16 jam lalumediaapakabar.com
thumb
Ibu Prada Lucky Menangis, Tuntutan 12 Tahun Penjara pada Lettu Ahmad Faisal Sesuai Harapan | BERUT
• 6 jam lalukompas.tv
thumb
Selesai Diperiksa KPK, Status Hukum Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya segera Diumumkan
• 18 jam lalurctiplus.com
thumb
Rekonstruksi Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo Rp 125 M
• 14 jam lalukumparan.com
thumb
Donald Trump Umumkan Pembentukan "Dewan Perdamaian" Gaza pada Awal 2026
• 6 jam lalupantau.com
Berhasil disimpan.