VIVA – Sinar mentari perlahan meninggi di ufuk barat Kota Minahasa. Menyapa pagi seorang lelaki yang tengah menanti datangnya hari ini.
Dengan hati mantap dan penuh percaya diri, Gabriel Grisberg Goni melangkah pergi menuju sebuah bangunan bertembok tinggi tempatnya setiap hari menggendong rezeki.
Sudah 4 tahun belakangan ini ia bekerja sebagai helper di PT Laris Manis Utama yang berada tak jauh dari rumahnya. Perawakan tubuhnya yang besar, memberikan kekuatan untuk mengangkat setiap kilo buah dan sayur dari gudang ke dalam truk-truk besar yang sudah berjejer rapi di hadapannya.
Walaupun tak berkalung dasi, sedikit pun tak pernah buatnya malu dengan pekerjaan ini. Ayahnya yang hanya seorang petani, dan ibunya yang tak berpenghasilan, mengharuskan Gabriel dan kedua saudaranya untuk berdikari agar roda ekonomi keluarga tetap berputar. Tak hanya itu, ada juga mimpi besar yang ingin segera ia wujudkan yaitu menikahi pujaan hatinya Indah ....
Di tengah semangatnya yang membara, Gabriel tak pernah menyangka bahwa kala itu menjadi hari terakhirnya bekerja sebagai helper. Bukan untuk diberhentikan, namun perusahaan justu memberinya kepercayaan lebih untuk menjadi pengemudi truk.
Mendengar kabar itu hatinya berbunga, senyuman kecil pun tersimpul di wajahnya seraya menutup senja yang perlahan memudar berganti malam.
4 bulan berlalu ketika akhirnya Gabriel menerima tugas mengantar barang pesanan ke Kotamobagu. Saat jam dinding menunjukkan pukul 11 siang, Gabriel bersama kedua rekannya memulai perjalanan panjang membelah hutan dan bukit sejauh 190 kilometer.
12 jam sudah roda truk yang dikemukakan Gabriel berputar lincah mengantar puluhan keranjang berisi buah dan sayuran ke tangan pemesan dengan selamat.
Tak hiraukan rasa lelah di tubuhnya, Gabriel terus memacu truk berwarna kuning itu kembali pulang.
Tak ada firasat apapun di benak Gabriel, di bayangnya hanyalah kelurga yang sudah menantinya dengan penuh harap.
Namun di tengah semangat itu, tubuhnya tak lagi sanggup menahan lelah dan sekejap semuanya berbuah celaka.
Truk yang ia kemudikan sontak lepas kendali menghantam tepi jembatan. Bodi yang ringsek menghimpit kaki kanan Gabriel. Melihat jurang didepan mata, ia tak pikir panjang dan menarik paksa kaki kaanannya. Rasa sakit yang teramat sangat seketika merasuki sekujur badannya yang perlaham mulai lemah.




