JAKARTA, KOMPAS - Polres Metro Jakarta Pusat menyatakan telah mengantongi dua alat bukti untuk menetapkan Direktur Utama PT Terra Drone Indonesia, Michael Wisnu Wardana, sebagai tersangka dalam kasus kebakaran gedung yang menewaskan 22 orang karyawan pada Selasa (9/12/2025). Alat bukti tersebut berasal dari keterangan para saksi dan barang bukti di lokasi, yakni dokumen terkait izin bangunan.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Roby Heri Saputra mengatakan bahwa Michael ditangkap di unit apartemennya di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Rabu (10/12/2025) malam. Penangkapan dilakukan setelah keluar surat perintah penetapan tersangka dan terpenuhinya dua alat bukti.
”Dua alat bukti itu terdiri dari keterangan para saksi dan barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian, yakni dokumen-dokumen perizinan bangunan serta hasil visum korban,” ujar Roby, Kamis (11/12/2025).
Informasi lebih lanjut mengenai kronologi penangkapan dan bukti yang didapat akan disampaikan dalam konferensi pers yang akan segera dijadwalkan oleh kepolisian.
Saat didatangi polisi, Michael menunjukkan kebingungan dan mencoba menolak diamankan. Setelah proses verifikasi identitas dan pendekatan oleh penyidik, ia akhirnya dibawa tanpa perlawanan ke Markas Polres Jakarta Pusat untuk ditahan dan diperiksa lebih lanjut.
Michael dijerat dengan sejumlah pasal dalam Kitab Undang‑Undang Hukum Pidana (KUHP), yakni Pasal 187 tentang Kebakaran atau Ledakan, Pasal 188 tentang Lelalaian yang Menyebabkan Kebakaran, dan Pasal 359 terkait Kelalaian yang Berakibat Kematian.
Selain itu, polisi turut menerapkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja untuk memperkuat sangkaan pidana terhadap Michael.
Adapun mayoritas korban meninggal akibat keracunan gas karbon monoksida yang memenuhi ruangan ketika api membesar. Sementara itu, tim forensik masih menelusuri penyebab pasti kebakaran.
Saat ini, polisi juga masih mendalami kemungkinan adanya tersangka lain. Pemeriksaan terhadap sejumlah saksi juga terus berjalan, termasuk karyawan, pihak manajemen, dan teknisi yang menangani penyimpanan baterai drone di gedung tersebut.
Rian (38), seorang petugas keamanan di Kompleks Ruko Cempaka Baru, menjadi salah satu saksi dalam peristiwa kebakaran mematikan di kantor PT Terra Drone Indonesia, Jakarta Pusat, pada Rabu (9/12/2025) tersebut. Ia bukan sekuriti perusahaan, melainkan penjaga keamanan kompleks ruko tempat gedung tersebut berada.
Menurut Rian, kebakaran bermula dari lantai satu. Ia melihat api kecil muncul dari sisi kiri ruangan yang diduga berasal dari baterai drone berukuran besar yang sedang dicas.
”Awalnya, apinya kecil. Setelah itu kami ramai-ramai bantu padamkan pakai APAR (alat pemadam api ringan), karyawan juga turun (untuk) bantu, tetapi enggak bisa padam. Api langsung nyebar, meledak, terus naik ke atas,” katanya.
Menurut Rian, api dengan cepat menjalar ke seluruh lantai. Sebagian karyawan yang berada di lantai atas sempat berusaha menyelamatkan diri. Namun, banyak yang terjebak karena jalur evakuasi hanya terdiri dari satu tangga dan satu lift, tanpa akses darurat lain. ”Asapnya cepat banget naik. Yang di atas jadi bingung mau lari ke mana,” ujarnya.
Dalam situasi panik itu, Rian menerima panggilan minta tolong dari lantai atas. Bersama petugas pemadam kebakaran, ia menggunakan tiga tangga yang disambung untuk mengevakuasi para korban.
Sebelum api membesar, Rian sudah meminta agar karyawan di lantai atas segera dievakuasi dan pemadam kebakaran dipanggil. Namun, sebagian orang tidak sempat keluar karena asap terlalu tebal.
Ia juga mengonfirmasi bahwa di lantai satu memang terdapat gudang penyimpanan baterai. Ketika api membesar, asap yang keluar memiliki bau sangat menyengat, berbeda dari kebakaran biasa.
Rian mengaku sempat melihat beberapa karyawan, termasuk Saiful korban yang meninggal dunia, yang pada Rabu pagi menawarkan sarapan kepadanya. Namun, dalam proses evakuasi, Rian baru mengetahui bahwa Saiful termasuk di antara korban yang tidak berhasil diselamatkan. ”Dia orang baik. Saya dekat sama dia. Kaget dengar dia meninggal,” ujarnya.
Usai kejadian, Rian sudah memberikan kesaksian kepada kepolisian. Rekaman kamera pemantau (CCTV) di pos keamanan turut menjadi bagian dari pemeriksaan polisi.
Anggota Komisi A DPRD Jakarta William Aditya Sarana mendorong pembentukan panitia khusus (pansus) untuk mengevaluasi penanganan kebakaran di Jakarta.
”Ini sudah kejadian yang kesekian kalinya. Kita perlu pansus kebakaran agar ada solusi konkret, supaya warga tidak terus hidup dalam ancaman yang sama,” ujarnya, Kamis (11/12/2025).
William menegaskan bahwa pansus perlu menelusuri apakah Pemerintah Provinsi Jakarta telah menjalankan tugas pengawasan dan penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) secara optimal. Jika banyak pemilik bangunan belum memahami persyaratan SLF, Pemprov Jakarta diminta memperkuat sosialisasi agar risiko kebakaran bisa ditekan.
Sebanyak 1.195 kebakaran terjadi di Jakarta sejak awal tahun hingga September 2025. Dari jumlah itu, 267 kejadian di antaranya berhasil dipadamkan warga sebelum petugas pemadam kebakaran tiba.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan audit internal untuk menelusuri proses penerbitan dokumen dalam pendirian Gedung Terra Drone hingga gedung tersebut bisa memperoleh Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Pernyataan ini disampaikan Tito saat meninjau lokasi kebakaran pada Rabu (10/12/2025).
Menurut Tito, SLF merupakan dokumen penting yang menjadi dasar diterbitkannya Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jakarta. Oleh karena itu, proses penerbitannya harus dipastikan sesuai prosedur, terutama dalam menilai tingkat risiko bangunan.
Ia menjelaskan bahwa setiap gedung memiliki kategori risiko, yakni rendah, sedang, hingga tinggi. Gedung Terra Drone, kata Tito, seharusnya masuk dalam kategori risiko tinggi karena digunakan untuk menyimpan peralatan yang mudah terbakar, termasuk baterai drone.
Dengan temuan tersebut, Tito meminta pemerintah daerah untuk meninjau ulang tingkat risiko berbagai gedung di wilayahnya. Ia menilai perlunya peningkatan pengawasan lapangan, terutama untuk gedung-gedung berisiko tinggi, guna mencegah terulangnya insiden serupa.
”Seharusnya ada pemeriksaan rutin untuk gedung-gedung berisiko tinggi. Misalnya, diuji setiap satu atau dua tahun sekali seperti halnya uji berkala kendaraan. Kalau aturan seperti itu belum ada, maka harus dibuat,” ujar Tito.
Pemprov Jakarta akan memperketat pengawasan seluruh gedung menyusul kebakaran mematikan di PT Terra Drone. Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan, pemeriksaan ulang terhadap seluruh bangunan di Jakarta akan dilakukan dalam waktu dekat untuk mencegah kejadian serupa.
”Jadi, saya sudah meminta, dan dalam minggu-minggu ini kami akan mengecek kembali semua gedung yang ada,” ujar Pramono.
Menurut Pramono, salah satu masalah utama dalam kebakaran gedung Terra Drone adalah bangunan yang tidak memenuhi standar keselamatan, termasuk jalur evakuasi yang tidak layak. Meski gedung memiliki hidran, ia menilai masih terjadi pelanggaran aturan, terutama terkait akses penyelamatan.





