Ruang Pelonggaran BI Terbuka, tapi Spread Suku Bunga Jadi Penentu

kompas.id
10 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA, KOMPAS – Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, alias The Fed telah membuka ruang pelonggaran kebijakan moneter di Indonesia. Namun, langkah ini sebaiknya tetap mempertimbangkan selisih suku bunga. Dengan demikian, investasi asing diharapkan mengalir masuk ke pasar keuangan domestik.

Dewan Gubernur The Fed memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5-3,75 persen dalam Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang diselenggarakan pada Rabu (10/12/2025) waktu setempat atau Kamis (11/12/2025) dini hari WIB.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas Syafruddin Karimi berpendapat, ruang penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) sampai akhir tahun dan tahun depan sebenarnya cukup sempit dan bersyarat.

Namun, dengan terjaganya inflasi dalam rentang 1,5-3,5 persen dan posisi suku bunga acuan di level 4,75 persen atau terpaut 100-125 bps dengan suku bunga The Fed, peluang pelonggaran masih terbuka. Alih-alih memangkas secara agresif, pelonggaran kebijakan dilakukan terbatas dalam rentang 25-50 bps.

“Bank Indonesia perlu menjaga selisih yang sehat dengan FFR (suku bunga The Fed), agar imbal hasil aset rupiah tetap menarik,” kata Syafruddin saat dihubungi dari Jakrata.

Dengan selisih suku bunga antara The Fed dengan BI, aset rupiah pun semakin kompetitif di mata investor global. Alhasil, nilai tukar rupiah berpotensi bergerak lebih stabil, sepanjang risiko politik dalam negeri tidak meningkat tajam.

Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah pada penutupan perdagangan Kamis (11/12/2025) ditutup di level Rp 16.668 per dollar AS. Angka ini menguat tipis dibanding penutupan hari sebelumnya yang sebesar Rp 16.688 per dollar AS.

Syafruddin menambahkan, BI diharapkan tetap mengelola volatilitas dengan kombinasi instrumen, seperti intervensi valutas asing secar terukur, penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta kebijakan makroprudensial yang mendorong penyaluran kredit.

Aliran modal asing portofolio dapat kembali masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) dan saham, terutama jika investor global menilai Indonesia punya cerita pertumbuhan jangka menengah yang kredibel.

Selain itu, arah pelonggaran kebijakan moneter sebaiknya tetap mempertimbangkan dukungan data, seperti nilai tukar rupiah yang stabil, inflasi yang terjangkar, serta pertumbuhan kredit yang melemah. Dengan demikian, setidaknya, ruang pelonggaran lebih lebar terbuka pada paruh kedua 2026.

“Aliran modal asing portofolio dapat kembali masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) dan saham, terutama jika investor global menilai Indonesia punya cerita pertumbuhan jangka menengah yang kredibel,” ujar Syafruddin.

Berdasarkan data setelmen sejak awal tahun hingga 4 Desember 2025, investasi asing telah keluar dari pasar keuangan domestik sebanyak Rp 152,86 triliun. Ini terdiri dari jual neto Rp 27,93 triliun di pasar saham, Rp 2,79 triliun di pasar SBN, dan Rp 122,14 triliun di SRBI.

Menurut Syafruddin, terdapat sejumlah risiko yang patut diantisipasi oleh BI ketika memasuki fase pelonggaran suku bunga. Salah satunya ialah risiko pelebaran fiskal akibat turunnya pendapatan negara, kebutuhan utang baru yang tinggi, serta porsi pembayaran bunga yang telah memakan sebagian besar APBN.

Baca JugaFed Rate Turun, ”Hot Money” Bergentayangan Sampai Akhir Tahun
Antisipasi

Dihubungi secara terpisah, ekonom dan Guru Besar Universitas Airlangga Rahma Gafmi berpendapat, tingkat suku bunga BI sebesar 4,75 persen masih cukup kompetitif dibandingkan dengan suku bunga The Fed sebesar 3,5-3,75 persen.  

Meski The Fed telah memangkas suku bunga acuannya, langkah tersebut masih terbilang moderat. Bahkan, pemangkasan tersebut juga dapat memperlebar gelembung (bubble) akal imitasi (AI), ketidakpastian geopolitik, serta volatilitas harga komoditas.

Di sisi lain, bila ketidakpastian global memburuk, bukan tidak mungkin suku bunga AS akan berbalik meningkat 0,5 persen. Ini mempertimbangkan dampak risiko dari kebijakan proteksionisme dan penerapan tarif resiprokal AS yang berdampak terhadpa inflasi.

“Bila FFR (suku bunga The Fed) naik 0,5 persen menjadi 4,00 persen, spread menyempit. Hal ini mendorong risiko capital outflow, tekanan nilai tukar rupiah semakin dalam, dan yield SBN ikut terdorong naik,” kata Rahma.

Ia menambahkan, BI juga perlu mewaspadai posisi cadangan devisa yang sebagian besarnya, yakni 65 persen merupakan hasil dari utang. Artinya, posisi cadangan devisa tersebut rentang perubahan suku bunga global dan volatilitas nilai tukar.

Dari sisi internal, BI sebaiknya juga tetap mewaspadai inflasi harga pangan bergejolak dan harga diatur pemerintah seiring dengan cuaca yang buruk dan bencana yang melanda daerah lumbung pangan. Kondisi tersebut berisiko mendorong inflasi, di samping harga tarif listrik yang cenderung meningkat.

Menurut Rahma, suku bunga sebesar 4,75 persen masih kompetitif serta konsisten dengan prioritas stabilitas makro dan pengendalian nilai tukar. Namun, perkembangan suku bunga kebijakan sensitif dengan pergerakan suku bunga kebijakan AS dan kondisi global.

Trade-off antara stabilitas dan pertumbuhan harus terus dipantau. Sinkronisasi dengan kebijakan fiskal dan makroprudensial menjadi kunci, agar dampak positif lebih terasa tanpa mengorbankan ekspansi kredit dan investasi sektor riil,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Andry Asmoro mengatakan, pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed telah memberikan ruang terhadap fleksibilitas kebijakan BI. Setidaknya, tekanan dari sisi eksternal mereda seiring penurunan imbal hasil AS.

“Aliran modal ke pasar emerging market, termasuk Indonesia, diperkirakan akan membaik, terutama jika perlambatan ekonomi AS tetap terkendali,” katanya.

Baca JugaFed Rate Turun, Investor Asing Masih Hati-hati Masuk Pasar Saham Indonesia
Keputusan sulit

Dalam pengambilan keputusan kali ini, FOMC terbelah menjadi dua kubu. Sembilan dari 12 anggota mendukung pemotongan suku bunga 25 persen, sedangkan tiga anggota lainnya memiliki pandangan berbeda, di antaranya suku bunga tetap dipertahankan atau pemotongan lebih agresif sebesar 50 bps.

Secara keseluruhan, The Fed tercatat telah memotong suku bunga acuannya sebesar 75 bps sejak September 2025. Pemotongan ini dilakukan sebanyak tiga kali beruntun, masing-masing 25 bps. Lebih dari itu, The Fed telah memangkas suku bunga kebijakan sebesar 175 bps sejak September 2024.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, bank sentral tengah berada dalam posisi yang sulit lantaran pada saat yang sama pasar tenaga kerja dan inflasi menghadapi tekanan. Namun, langkah penurunan suku bunga kali ini cenderung berada dalam titik netral.

Artinya, suku bunga kebijakan yang diambil tidak ditujukan untuk mendorong, baik inflasi lebih tinggi maupun pasar tenaga kerja lebih rendah. Ini sekaligus memberikan jeda waktu bagi The Fed untuk mempertahankan dan menilai kembali langkah selanjutnya berdasrakan daya yang masuk.

“Kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu dan melihat bagaimana perekonomian berkembang,” kata Powell dikutip dari Kantor Berita AP.

Baca JugaSinyal The Fed dan Kekhawatiran Investor Bawa Rupiah Tembus Rp 16.400 Per Dollar AS

Ke depan, The Fed memperkirakan ruang bagi penurunan suku bunga masih terbuka satu kali lagi pada 2026. Di sisi lain, penurunan tersebut tetap mempertimbangkan inflasi dalam target 2 persen dan dukungnan terhadap lapangan kerja.

Berdasarkan Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP) Desember 2025, suku bunga kebijakan dalam jangka menengah diperkirakan sebesar 3,4 persen pada 2026 dan menuju 3,1 persen pada 2027-2028. Untuk jangka panjang, suku bunga kebijakan diproyeksikan sebesar 3 persen.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Erlina Serahkan Bantuan ke Warga yang Rumahnya Roboh Diterjang Gelombang Laut
• 15 jam lalukumparan.com
thumb
Gagal Boyong Bernardo Tavares, Persebaya Surabaya Incar Eks Winger PSM Makassar Lucas Dias?
• 10 jam laluharianfajar
thumb
Link Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi PPPK BGN 2025 Tahap 2, Ini Langkah Selanjutnya Jika Lulus
• 10 jam lalukompas.tv
thumb
27 Tahun Sewa Becak, Suhadi Terharu Dapat Becak Listrik dari Presiden Prabowo
• 16 jam lalurctiplus.com
thumb
Jalan Raya Kalibata Ditutup Pasca-pengeroyokan 2 Mata Elang, Brimob Berjaga
• 7 jam lalukompas.com
Berhasil disimpan.