Populasi Elang Jawa, satwa endemik Indonesia yang terancam punah, kini jumlahnya ditaksir hanya 511 pasang atau sekitar 1.022 individu. Angka itu berdasarkan hasil penelitian Guru Besar IPB University sekaligus peneliti Elang Jawa, Prof. Syartinilia Wijaya dan timnya, sejak 2008.
Syartinilia menyebut, 511 pasang Elang Jawa tersebar di 74 patch atau habitat di Pulau Jawa dengan luas total 10.804 km2. Dari 74 lokasi itu, 44 lokasi (60%) di antaranya telah divalidasi keberadaan Elang Jawa sejak 2005 hingga 2023. Sebaran Elang Jawa tertinggi ditemukan di Jawa Timur, diikuti Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Namun demikian, luasan patch tersebut jika diukur menggunakan teknologi citra satelit terkini, justru menunjukkan penurunan. Analisis menggunakan citra Landsat dengan resolusi 30 meter mengungkap luas habitat Elang Jawa turun 6,5% atau 638 km2 pada periode 2008–2019. Ini merupakan ancaman bagi konservasi Elang Jawa.
"Yang terjadi adalah degradasi hutan. Ada pengurangan dari pohon-pohon yang tinggi, pembabatan sedikit-sedikit di luar kawasan konservasi. Kami temukan yang mengalami penurunan atau degradasi habitatnya adalah wilayah pinggir atau border dari kawasan konservasi," ujar Syartinilia dalam seminar Tiga Dekade Konservasi Elang Jawa di IPB Convention Center, Bogor, Kamis (11/12).
Selain itu, sebanyak 30% dari total 74 patch dikategorikan sebagai habitat terisolasi, 49% sebagai habitat antara, dan 21% sebagai habitat inti. Salah satu habitat yang terisolasi adalah kawasan Gunung Muria.
Kondisi tersebut dinilai berisiko menurunkan kualitas genetik dan dapat memicu kepunahan lokal jika tidak dihubungkan melalui pembangunan koridor habitat.
“Jadi perlu dihubungkan patch-patch terdekat. Pembangunan koridor dan lain sebagainya, itu adalah rencana-rencana konservasi ke depan untuk mengantisipasi yang terisolasi ini,” ucapnya.
Syartinilia juga memproyeksikan dampak perubahan iklim terhadap keberlangsungan Elang Jawa hingga 2050. Hasilnya, faktor suhu menjadi variabel perubahan iklim yang paling mempengaruhi keberlangsungan Elang Jawa.
Sehingga ia menekankan pentingnya strategi konservasi yang berfokus menjaga wilayah-wilayah pinggir atau luar kawasan lindung, serta perlunya memasukkan faktor temperatur ke dalam model konservasi terbaru.
“Temperatur penting kita hitung dalam hal menjaga keberlanjutan Elang Jawa di masa yang akan datang,” tutupnya.





