FAJAR, SURABAYA — Perburuan pelatih baru Persebaya Surabaya memasuki fase yang semakin panas setelah mencuat kabar bahwa manajemen sedang menjajaki kesepakatan dengan mantan juru taktik Johor Darul Ta’zim (JDT). Kabar ini membuat pencarian nakhoda Green Force pada putaran kedua Super League 2025/2026 berubah menjadi drama yang menyita perhatian suporter.
Hingga memasuki pekan ke-14, Persebaya masih dipimpin pelatih interim, Uston Nawawi, sementara tim tertahan di posisi ke-9 dengan 18 poin. Setelah pemutusan kontrak Eduardo Perez pada 22 November 2025, kursi pelatih kepala telah kosong lebih lama dari ideal.
Dikejar Tenggat 30 Hari
Regulasi I.League mengatur bahwa klub harus melaporkan pergantian pelatih maksimal tiga hari setelah pemecatan, lalu mendaftarkan pelatih baru dalam 30 hari. Dengan hitungan ini, batas akhir Persebaya jatuh pada 25 Desember 2025. Artinya, pelatih definitif wajib hadir sebelum laga kandang melawan Persijap Jepara pada 28 Desember.
Situasi ini membuat dua partai kandang di bulan Desember menjadi krusial, dan Persebaya tak ingin menjalaninya tanpa sosok pelatih yang dapat membangun fondasi jangka panjang.
Empat Mantan Pelatih JDT Masuk Radar
Kabar kedekatan Persebaya dengan eks pelatih JDT—klub paling dominan di Malaysia dengan 11 gelar liga beruntun—langsung menghidupkan atmosfer perburuan. JDT dikenal memiliki kultur juara, fasilitas modern, dan standar profesional tinggi, sehingga siapa pun yang pernah menangani klub tersebut dinilai membawa kualitas premium.
Empat nama mantan pelatih JDT masuk radar Persebaya:
Luciano Figueroa
Pelatih berusia 44 tahun yang kini tanpa klub. Dekat dengan kultur JDT, berpotensi cocok untuk proyek jangka menengah.
Benjamin Mora
Saat ini menangani Querétaro FC di Liga MX Apertura. Dikenal sebagai pelatih ofensif dengan pengalaman internasional.
Esteban Solari
Membesut Pachuca di Liga MX. Terkenal detail dalam membangun sistem permainan dan terbiasa menangani klub dengan tekanan tinggi.
Mario Gómez
Pelatih senior yang kini melatih Bashundhara Kings di Bangladesh. Berpengalaman luas di Asia, termasuk Indonesia, dan paham atmosfer kompetisi regional.
Masuknya nama-nama ini menunjukkan Persebaya tidak ingin sekadar memenuhi kewajiban administratif. Manajemen mengincar pelatih dengan reputasi yang mampu memberi dampak instan sekaligus konsistensi di tengah ketatnya kompetisi.
Modal Kultur Juara
Pengalaman para kandidat dalam kultur juara JDT menjadi nilai jual paling besar. Persebaya membutuhkan pelatih yang dapat memperkuat identitas permainan, meningkatkan disiplin, dan membangun mental kompetitif—hal yang selama beberapa musim terakhir menjadi sorotan suporter.
Akhir Tahun Penentu
Dengan tenggat 25 Desember semakin dekat, seluruh keputusan kini berada di tangan manajemen. Suporter berharap proses seleksi menghasilkan pelatih yang berkarakter kuat, sebanding dengan standar yang dulu pernah dihadirkan pelatih berprofil tinggi seperti Bernardo Tavares.
Jika negosiasi berjalan mulus, drama pencarian pelatih Persebaya bisa berakhir sebelum laga melawan Persijap. Akhir 2025 akan menjadi titik menentukan arah perjalanan Green Force pada putaran kedua Super League 2025/2026.
Siapa pun yang terpilih dari daftar mantan pelatih JDT tersebut, Persebaya diyakini akan mendapatkan sosok berpengalaman dengan rekam jejak kompetitif — syarat wajib untuk membawa Green Force kembali bersaing di papan atas.





