Belajar Bodo Amat: Langkah Menuju Hidup Lebih Bahagia

kumparan.com
4 jam lalu
Cover Berita

"Kalo gue pake baju ini, orang lain bakal bilang apa ya?", "Gue gak jadi kuliah di sana deh, kata teman gue kampusnya gak tenar”, "Kalo gue ambil jurusan yang gue mau, nanti gue dikatain sama teman gue gak ya?"

Pernah gak sih kalian mengalami hal-hal seperti di atas? Pasti banyak dari kita yang tanpa sadar bertindak mengikuti pendapat orang lain. Ditambah dengan adanya media sosial, tekanan tersebut semakin besar efeknya. Saat kita mengunggah sesuatu, ratusan bahkan ribuan orang dapat dengan mudahnya melihat, mengomentari, menilai, bahkan mencela.

Berapa banyak dari kita mementingkan jumlah likes, views atau followers? Hal tersebut secara tidak langsung menimbulkan tekanan bahwa kita harus bisa memenuhi ekspektasi orang lain dan mengikuti opini orang lain yang berujung kepada perbandingan diri dan pencarian validasi. Jika hal tersebut terus-menerus terjadi, maka akan berpengaruh terhadap kebahagiaan kita.

Dikutip dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring (2018), Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang ada di bawah kendali kita. Sebaliknya, kita tidak bisa menggantungkan kebahagiaan kepada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Lalu, apa saja sih hal-hal yang bisa kita kendalikan dan yang ada di luar kendali kita? Yuk simak!

Dikotomi Kendali

Jadi, dahulu filsuf bernama Epictetus pernah bilang bahwa “Some things are up to us, some things are not up to us” maksudnya, ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak berada di bawah kendali kita. Prinsip ini disebut sebagai Dikotomi Kendali (Manampiring, 2018). Hal-hal yang berada di bawah kendali kita misalnya:

1. Pandangan, opini atau persepsi kita

2. Keinginan kita

3. Tujuan kita

4. Pikiran dan tindakan kita sendiri

Sedangkan, hal-hal yang tidak di bawah kendali kita seperti:

1. Tindakan orang lain

2. Opini orang lain

3. Cuaca atau peristiwa alam

4. Kondisi kita saat lahir, seperti jenis kelamin atau ras

5. Popularitas kita

Nah, dari situ kita bisa simpulkan bahwa opini atau pandangan orang lain bukan termasuk hal-hal yang bisa kita kendalikan. Kemudian, muncul pertanyaan apakah saat kita terlalu sering mendengar opini orang lain tentang kita, hal itu akan berpengaruh terhadap kebahagiaan kita? Lalu bagaimana mengatasinya?

Kebahagiaan Berasal dari Dalam Diri

Mengikuti omongan orang lain terus-menerus dapat menimbulkan tekanan dan ketergantungan emosional. Kita tidak bisa merasa bahagia sepenuhnya karena selalu memenuhi keinginan dan ekspektasi orang lain, bukan keinginan diri kita sendiri. Saat kita selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pendapat orang lain, mungkin kita akan kehilangan kesempatan untuk mengenal diri kita dan kehilangan percaya diri.

Kita terlalu fokus pada apa yang orang lain inginkan atau katakan sehingga kita bisa kehilangan jati diri. Tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap pikiran kita, karena kita membawa beban dari omongan orang lain yang bisa mengganggu ketenangan pikiran. Padahal, menggantungkan kebahagiaan pada hal di luar kendali kita, sesungguhnya sangat rapuh dan bisa berujung pada kekecewaan.

Kunci dari kebahagiaan adalah saat kita bisa mengenali diri kita sendiri, saat dapat memahami nilai, keinginan, dan kelemahan diri sendiri. Alih-alih berfokus untuk mendengarkan pendapat orang lain, coba mulai fokus kepada perbaikan diri dan berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita yang kita inginkan.

Beranilah mengambil keputusan sesuai hati nurani kita dibanding dikendalikan oleh orang lain. Mulailah belajar bodo amat atas pendapat orang lain yang tidak membangun atau menyakitkan. Ini bukan berarti kita menutup telinga sama sekali terhadap pendapat orang lain, bagaimanapun juga kita harus bisa menerima kritik dan masukan yang membangun. Namun, kita harus bisa belajar mengenali omongan mana yang harus kita terima dan mana yang kita harus abaikan.

Pada akhirnya, kebahagiaan berasal dari dalam diri. Mendengarkan orang lain itu wajar, tetapi jangan sampai kebahagiaan kita dikendalikan oleh ekspektasi orang lain demi menyenangkan mereka terus-menerus.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
KPK Kampanyekan Budaya Antikorupsi di Bekasi
• 2 jam lalurepublika.co.id
thumb
Mobil MBG Tabrak Puluhan Siswa SDN 01 Kalibaru, Kapolda: Tidak Ada Korban Tewas
• 12 jam laluokezone.com
thumb
BP3MI Kepri-KJRI fasilitasi pemulangan 258 PMI deportasi dari Malaysia
• 49 menit laluantaranews.com
thumb
Kapolri Turun ke Aceh Tamiang, Salurkan Bantuan ke Korban Bencana
• 15 jam laluidxchannel.com
thumb
Ditjen PAS Jelaskan Prosedur Pemindahan Ammar Zoni dari Nusakambangan ke Jakarta
• 14 jam lalutabloidbintang.com
Berhasil disimpan.