Jakarta (ANTARA) - Muay Thai merupakan olahraga bela diri yang berasal dari Thailand. Popularitasnya meluas ke berbagai negara dan masuk dalam cabang olahraga SEA Games 2025.
Sekilas, pertarungan Muay Thai sering disamakan dengan tinju atau Boxing, karena sama-sama berlangsung di atas ring dan melibatkan sarung tangan. Namun, keduanya memiliki karakter, teknik, hingga filosofi yang berbeda.
Berikut penjelasan mengenai apa itu Muay Thai dan bagaimana perbedaannya dari olahraga Boxing.
Baca juga: Thailand ancam boikot muay thai saat SEA Games Kamboja
Apa itu Muay Thai?
Kata Muay memiliki makna "tinju", sehingga secara keseluruhan arti Muay Thai adalah “tinju Thailand”.
Dalam praktiknya, seni bela diri ini dikenal dengan julukan “Seni Delapan Tungkai” atau The Art of Eight Limbs karena memanfaatkan delapan titik serangan, yakni kedua tangan, siku, lutut, dan kaki.
Berbeda dari tinju konvensional yang fokus pada pukulan, teknik bela diri Muay Thai memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi petarung.
Serangan lutut, tendangan, sikutan, hingga penggunaan clinch menjadi elemen dasar dalam setiap duel. Kombinasi tersebut membuat tempo pertarungan Muay Thai dikenal cepat, dinamis, sekaligus intens.
Selain itu, Muay Thai menerapkan pertarungan dalam posisi berdiri. Sehingga, teknik kuncian di lantai atau bantingan keras ke matras (fight to the ground) tidak diperbolehkan.
Dalam tradisinya, setiap gerakan Muay Thai juga dianggap meniru bentuk persenjataan kuno, yakni tangan sebagai pedang, lutut sebagai tongkat, dan kaki layaknya kapak.
Baca juga: Rekomendasi seni bela diri yang tepat untuk membentuk karakter anak
Sejarah singkat bela diri Muay Thai
Sejarah Muay Thai diyakini mulai terbentuk sejak abad ke-13 sebagai teknik bertahan diri para prajurit Thailand.
Pada masa itu, bela diri tangan kosong menjadi penting saat tentara tidak membawa senjata lengkap di medan perang.
Beberapa teknik mematikan yang dulu digunakan, seperti menargetkan sendi dan bagian belakang kepala, kini telah dihapus dari aturan bela diri ini karena dianggap membahayakan.
Kemudian, Muay Thai berkembang di berbagai lapisan masyarakat, termasuk keluarga kerajaan.
Bahkan, catatan sejarah menyebut raja pertama Kerajaan Sukhothai, Raja Phokhun Sri In Tharatit mengirim putranya untuk mempelajari bela diri ini sebagai bentuk latihan fisik dan pembentukan karakter.
Struktur aturan modern Muay Thai baru mulai dibentuk sekitar 1930-an. Pengaruh dunia tinju internasional, terutama penggunaan sarung tinju standar dan sistem ronde, mulai diadopsi.
Kemudian pada 1993, olahraga ini memiliki badan internasional yang lebih resmi melalui International Federation of Muaythai Associations (IFMA), dan membuka jalan bagi penyelenggaraan kejuaraan global.
Kisah legendaris Nai Khanom Tom pada konflik abad ke-16, antara Siam dan Dinasti Konbaung di Burma juga disebut menjadi bagian penting sejarah Muay Thai.
Ia disebut berhasil mengalahkan beberapa petarung setelah ditangkap oleh musuh, sehingga teknik bertarungnya semakin dikenal dan dihargai masyarakat Siam.
Muay Thai pun menjadi bagian dari budaya populer Thailand. Pertandingan pun kerap digelar di berbagai stadion dan menjadi daya tarik wisatawan.
Bela diri ini juga banyak disukai dari berbagai usia karena memiliki teknik latihan yang mudah diikuti bagi pemula.
Baca juga: Summer Fights kembali digelar di Bali untuk cetak atlet Muay Thai
Perbedaan Muay Thai dan Boxing
Walaupun terlihat mirip, Muay Thai dan Boxing memiliki perbedaan, baik dari teknik dasar hingga peralatan bertarung.
1. Jumlah “Senjata”
Muay Thai menggunakan delapan tungkai, yakni pukulan, siku, lutut, kaki, sapuan, hingga lemparan ringan dari posisi clinch. Saat clinch, petarung masih diperbolehkan menyerang sampai wasit memisahkan.
Sementara Boxing, serangan dibatasi hanya pada pukulan tangan. Ketika petinju saling mengunci tubuh, wasit biasanya segera memisahkan keduanya untuk menjaga alur pertarungan.
2. Mekanisme pukulan
Boxing menghasilkan petarung dengan teknik pukulan paling presisi karena latihan berfokus pada optimalisasi kedua tangan. Rotasi pinggul, footwork, dan kekuatan pukulan dilatih secara mendalam.
Sementara, Muay Thai mengadaptasi sebagian teknik tinju, namun tidak sedetail Boxing. Hal ini karena petarung Muay Thai harus siap transisi cepat dari pukulan ke tendangan, siku, atau serangan lutut.
3. Kuda-kuda dan gerakan kaki
Petinju Boxing berdiri sedikit menyamping dengan tumpuan ringan pada ujung kaki, mendukung gerakan pivot, sidestep, dan menghindar cepat.
Kemudian, bagi petinju Muay Thai, posisi lebih menghadap depan untuk mempermudah tendangan dan pertahanan kaki. Gerakan kaki cenderung lebih stabil dan tidak seaktif petinju.
Baca juga: ONE Championship gandeng Lumpinee Stadium untuk globalkan muay thai
4. Ritme serangan
Boxing cenderung memiliki ritme cepat dan berurutan, seperti jab, straight, hook, menghindar, lalu kembali menyerang. Sementara Muay Thai, ritmenya lebih bervariasi dan terputus, mengikuti kombinasi pukulan, tendangan, teep, hingga blok.
5. Gerakan kepala
Boxing dapat melakukan gerakan kepala lebih bebas, karena tidak ada ancaman serangan siku, lutut atau tendangan.
Sementara, Muay Thai membatasi pergerakan kepala yang terlalu rendah atau menyamping karena dapat membuka peluang bagi lawan untuk menyerang menggunakan lutut atau tendangan tinggi.
6. Perlengkapan bertanding
Dalam bertarung, petinju Boxing menggunakan sepatu khusus. Sementara Muay Thai, bertarung tanpa alas kaki dan memiliki atribut tradisional seperti jimat atau ikat kain di lengan atas sebagai simbol ritual.
Muay Thai bisa menjadi pilihan bagi yang ingin mempelajari bela diri dengan teknik serangan yang beragam. Sementara, Boxing dapat menjadi opsi untuk memperkuat teknik pukulan dan meningkatkan stamina.
Keduanya tetap menjadi olahraga yang dapat dipelajari oleh pemula maupun atlet berpengalaman. Hal ini tergantung pada tujuan latihan masing-masing.
Baca juga: Tawanchai juara dunia baru ONE Featherweight Muay Thai
Sekilas, pertarungan Muay Thai sering disamakan dengan tinju atau Boxing, karena sama-sama berlangsung di atas ring dan melibatkan sarung tangan. Namun, keduanya memiliki karakter, teknik, hingga filosofi yang berbeda.
Berikut penjelasan mengenai apa itu Muay Thai dan bagaimana perbedaannya dari olahraga Boxing.
Baca juga: Thailand ancam boikot muay thai saat SEA Games Kamboja
Apa itu Muay Thai?
Kata Muay memiliki makna "tinju", sehingga secara keseluruhan arti Muay Thai adalah “tinju Thailand”.
Dalam praktiknya, seni bela diri ini dikenal dengan julukan “Seni Delapan Tungkai” atau The Art of Eight Limbs karena memanfaatkan delapan titik serangan, yakni kedua tangan, siku, lutut, dan kaki.
Berbeda dari tinju konvensional yang fokus pada pukulan, teknik bela diri Muay Thai memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi petarung.
Serangan lutut, tendangan, sikutan, hingga penggunaan clinch menjadi elemen dasar dalam setiap duel. Kombinasi tersebut membuat tempo pertarungan Muay Thai dikenal cepat, dinamis, sekaligus intens.
Selain itu, Muay Thai menerapkan pertarungan dalam posisi berdiri. Sehingga, teknik kuncian di lantai atau bantingan keras ke matras (fight to the ground) tidak diperbolehkan.
Dalam tradisinya, setiap gerakan Muay Thai juga dianggap meniru bentuk persenjataan kuno, yakni tangan sebagai pedang, lutut sebagai tongkat, dan kaki layaknya kapak.
Baca juga: Rekomendasi seni bela diri yang tepat untuk membentuk karakter anak
Sejarah singkat bela diri Muay Thai
Sejarah Muay Thai diyakini mulai terbentuk sejak abad ke-13 sebagai teknik bertahan diri para prajurit Thailand.
Pada masa itu, bela diri tangan kosong menjadi penting saat tentara tidak membawa senjata lengkap di medan perang.
Beberapa teknik mematikan yang dulu digunakan, seperti menargetkan sendi dan bagian belakang kepala, kini telah dihapus dari aturan bela diri ini karena dianggap membahayakan.
Kemudian, Muay Thai berkembang di berbagai lapisan masyarakat, termasuk keluarga kerajaan.
Bahkan, catatan sejarah menyebut raja pertama Kerajaan Sukhothai, Raja Phokhun Sri In Tharatit mengirim putranya untuk mempelajari bela diri ini sebagai bentuk latihan fisik dan pembentukan karakter.
Struktur aturan modern Muay Thai baru mulai dibentuk sekitar 1930-an. Pengaruh dunia tinju internasional, terutama penggunaan sarung tinju standar dan sistem ronde, mulai diadopsi.
Kemudian pada 1993, olahraga ini memiliki badan internasional yang lebih resmi melalui International Federation of Muaythai Associations (IFMA), dan membuka jalan bagi penyelenggaraan kejuaraan global.
Kisah legendaris Nai Khanom Tom pada konflik abad ke-16, antara Siam dan Dinasti Konbaung di Burma juga disebut menjadi bagian penting sejarah Muay Thai.
Ia disebut berhasil mengalahkan beberapa petarung setelah ditangkap oleh musuh, sehingga teknik bertarungnya semakin dikenal dan dihargai masyarakat Siam.
Muay Thai pun menjadi bagian dari budaya populer Thailand. Pertandingan pun kerap digelar di berbagai stadion dan menjadi daya tarik wisatawan.
Bela diri ini juga banyak disukai dari berbagai usia karena memiliki teknik latihan yang mudah diikuti bagi pemula.
Baca juga: Summer Fights kembali digelar di Bali untuk cetak atlet Muay Thai
Perbedaan Muay Thai dan Boxing
Walaupun terlihat mirip, Muay Thai dan Boxing memiliki perbedaan, baik dari teknik dasar hingga peralatan bertarung.
1. Jumlah “Senjata”
Muay Thai menggunakan delapan tungkai, yakni pukulan, siku, lutut, kaki, sapuan, hingga lemparan ringan dari posisi clinch. Saat clinch, petarung masih diperbolehkan menyerang sampai wasit memisahkan.
Sementara Boxing, serangan dibatasi hanya pada pukulan tangan. Ketika petinju saling mengunci tubuh, wasit biasanya segera memisahkan keduanya untuk menjaga alur pertarungan.
2. Mekanisme pukulan
Boxing menghasilkan petarung dengan teknik pukulan paling presisi karena latihan berfokus pada optimalisasi kedua tangan. Rotasi pinggul, footwork, dan kekuatan pukulan dilatih secara mendalam.
Sementara, Muay Thai mengadaptasi sebagian teknik tinju, namun tidak sedetail Boxing. Hal ini karena petarung Muay Thai harus siap transisi cepat dari pukulan ke tendangan, siku, atau serangan lutut.
3. Kuda-kuda dan gerakan kaki
Petinju Boxing berdiri sedikit menyamping dengan tumpuan ringan pada ujung kaki, mendukung gerakan pivot, sidestep, dan menghindar cepat.
Kemudian, bagi petinju Muay Thai, posisi lebih menghadap depan untuk mempermudah tendangan dan pertahanan kaki. Gerakan kaki cenderung lebih stabil dan tidak seaktif petinju.
Baca juga: ONE Championship gandeng Lumpinee Stadium untuk globalkan muay thai
4. Ritme serangan
Boxing cenderung memiliki ritme cepat dan berurutan, seperti jab, straight, hook, menghindar, lalu kembali menyerang. Sementara Muay Thai, ritmenya lebih bervariasi dan terputus, mengikuti kombinasi pukulan, tendangan, teep, hingga blok.
5. Gerakan kepala
Boxing dapat melakukan gerakan kepala lebih bebas, karena tidak ada ancaman serangan siku, lutut atau tendangan.
Sementara, Muay Thai membatasi pergerakan kepala yang terlalu rendah atau menyamping karena dapat membuka peluang bagi lawan untuk menyerang menggunakan lutut atau tendangan tinggi.
6. Perlengkapan bertanding
Dalam bertarung, petinju Boxing menggunakan sepatu khusus. Sementara Muay Thai, bertarung tanpa alas kaki dan memiliki atribut tradisional seperti jimat atau ikat kain di lengan atas sebagai simbol ritual.
Muay Thai bisa menjadi pilihan bagi yang ingin mempelajari bela diri dengan teknik serangan yang beragam. Sementara, Boxing dapat menjadi opsi untuk memperkuat teknik pukulan dan meningkatkan stamina.
Keduanya tetap menjadi olahraga yang dapat dipelajari oleh pemula maupun atlet berpengalaman. Hal ini tergantung pada tujuan latihan masing-masing.
Baca juga: Tawanchai juara dunia baru ONE Featherweight Muay Thai





