Program Magang Nasional mencapai 104 ribu peserta hingga batch III. Angka ini melebihi target yang ditetapkan pemerintah sebanyak 100 ribu peserta yang terbagi dalam tiga batch.
Berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Kamis (11/12), hingga batch 2 sebanyak 77 ribu lulusan telah mengikuti program tersebut. Terdiri dari 15 ribu peserta pada batch 1 dan 62 ribu peserta pada batch 2.
Kemnaker juga berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk menyukseskan program magang nasional. Tujuannya, agar perusahaan atau industri yang mengikuti program ini benar-benar berkualitas, posisi yang ditawarkan juga beragam.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyebut, 30 persen dari 1,1 juta lulusan baru perguruan tinggi mengikuti Program Magang Nasional 2025. "Antusiasmenya luar biasa, karena 30 persen tertarik ikut program magang. Sisanya melanjutkan sekolah, bekerja atau tak mau terikat karena program Magang mensyaratkan selama 6 bulan tak boleh mengundurkan diri," Yassierli saat bertemu dengan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, Senin (1/12).
Sementara itu, Menperin menegaskan bahwa penguatan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten merupakan kunci akselerasi daya saing industri nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus memperluas kesempatan bagi generasi muda untuk memasuki dunia kerja melalui program vokasi, magang industri, hingga pengembangan tenaga kerja terampil yang siap bersaing di pasar global.
“Kita membutuhkan SDM industri yang kompeten, adaptif, dan selaras dengan kebutuhan dunia kerja. Program vokasi Kemenperin, kolaborasi pelatihan lintas kementerian, serta skema magang nasional merupakan bagian penting dari strategi memperkuat fondasi industrialisasi Indonesia,” ujarnya.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Doddy Rahadi, menjelaskan Program Magang Nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto mendapat antusiasme tinggi.
Doddy menyampaikan, program magang nasional memberikan pengalaman kerja bagi lulusan tahun pertama (fresh graduate) yang akan mendapatkan uang saku setara Upah Minimum Provinsi (UMP) di masing-masing daerah. Program ini menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kesiapan lulusan sekaligus memperkuat ekosistem industri.
“Kolaborasi lintas kementerian dan dunia usaha menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam memastikan kebutuhan tenaga kerja industri dapat dipenuhi secara optimal,” jelasnya.
Selain itu, BPSDMI juga memperkuat penyiapan tenaga kerja terampil untuk pasar global melalui kerja sama dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). Doddy mencontohkan, pelatihan yang melibatkan 200 welder dari Indonesia telah bekerja di Slovakia dengan potensi pendapatan mencapai Rp 90 juta per bulan.
Dia menilai, pekerja migran terampil harus mampu menjadi motor pembentuk wirausaha industri ketika kembali ke Indonesia. “Kami selalu mengingatkan agar pendapatan yang mereka peroleh dikelola dengan baik dan disisihkan sebagai modal usaha ketika kembali ke Tanah Air,” imbuhnya.



