Kemendag Bantah Negosiasi Dagang RI-AS Terancam Gagal, Kapan Diumumkan?

bisnis.com
11 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang dicapai pada Juli 2025 dikabarkan terancam gagal.

Sekadar informasi, Indonesia dan AS telah mencapai kerangka kerja kesepakatan pada Juli 2025. Dalam hal ini, Negara Paman Sam menyetujui untuk menurunkan pengenaan tarif impor terhadap produk-produk Indonesia dari 32% menjadi 19%.

Kepala Biro Humas Kemendag Ni Made Kusuma Dewi menyatakan hingga saat ini kesepakatan tarif perdagangan Indonesia—AS masih berlangsung.

“Yang jelas ini [kesepakatan tarif dagang Indonesia—AS] masih berlangsung jika ada dinamika dalam perundingan adalah hal yang biasa,” kata Dewi singkat kepada Bisnis, Kamis (11/12/2025).

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Dihubungi terpisah, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai, jika kesepakatan tarif dagang antara Indonesia dengan AS gagal dan berujung mendapat tarif 32% maka akan menjadi pukulan berat bagi perekonomian Indonesia.

Terlebih, lanjut dia, jika negara pesaing utama seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand mendapatkan tarif yang lebih rendah dari Indonesia alias tetap 20%.

Baca Juga

  • Bencana Sumatra hingga Tarif Trump Bayangi Target Ekonomi RI 2026
  • Trump Izinkan Nvidia Jual Chip AI Rangking Dua ke China
  • Negosiasi Dagang Mandek, Trump Ancam Kenakan Tarif Baru ke Kanada & India

“[Jika kesepakatan tarif dagang Indonesia—AS gagal] akan terjadi trade diversion dan investment diversion, di mana importir AS akan lebih memilih produk dari negara lain, termasuk Malaysia, Thailand, dan Vietnam,” ungkap Wijayanto kepada Bisnis.

Wijayanto menilai kondisi ini akan menggerus nilai ekspor dan surplus dagang Indonesia dengan AS. Hal ini mengingat surplus dengan AS mewakili hampir 50% total surplus perdagangan, meski ekspor ke AS hanya mewakili 10% total ekspor.  

“Kehilangan surplus tersebut akan membuat neraca pembayaran kita semakin tertekan dan rupiah semakin melemah,” ujarnya.

Selain itu, Wijayanto menuturkan pengalihan investasi juga berpotensi terjadi. Dengan kata lain, investasi dari negara lain yang menyasar AS akan mengalihkan dari Indonesia ke negara lain yang memperoleh kesepakatan tarif lebih bagus. 

“Potensi kehilangan perdagangan dan investasi ini akan berdampak cukup tinggi teradap pertumbuhan ekonomi kita, bisa hingga 0,1%. Dampak peningkatan tekanan terhadap rupiah juga akan sangat besar,” tutupnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Bandingkan dengan Tsunami Aceh 2004, Jusuf Kalla: Bantuan Internasional Ditutup, Beban Kita Makin Berat
• 15 jam lalufajar.co.id
thumb
Polri Sebut Etomidate Sudah Masuk Golongan Narkotika, Pengguna Bisa Dijerat Undang-Undang Narkotika hingga Rehabilitasi
• 17 jam lalutvonenews.com
thumb
Hukuman Nikita Mirzani Ditambah Jadi 6 Tahun, Fitri Salhuteru Mengaku Prihatin
• 18 jam lalucumicumi.com
thumb
Jazz Gunung Bromo 2025 Raih Penghargaan di Ajang Wonderful Indonesia Award
• 15 jam lalukumparan.com
thumb
Polisi Sebut Belum Tetapkan Tersangka Kasus Mobil MBG Tabrak Siswa-Guru di Kalibaru
• 9 jam lalujpnn.com
Berhasil disimpan.