Tekanan AS ke Maduro Meningkat: Kapal Tanker Disita

tvrinews.com
4 jam lalu
Cover Berita

Penulis: Fityan

TVRINews – Venezuela 

Penyitaan 'Armada Gelap' oleh AS di Lepas Pantai Venezuela, Putin Tegaskan Dukungan

Tekanan diplomatik terhadap Presiden Venezuela Nicolás Maduro meningkat drastis setelah Amerika Serikat (AS) mencegat sebuah kapal tanker yang diduga bagian dari "armada gelap" di lepas pantai Venezuela. Langkah ini diinterpretasikan secara luas sebagai eskalasi kebijakan tekanan pemerintahan AS terhadap pemimpin Amerika Selatan tersebut.

Penyitaan kapal tanker minyak bernama Skipper yang berbendera Guyana itu dilakukan oleh militer dan penegak hukum AS, dan dikonfirmasi oleh juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, yang menyatakan bahwa kapal tersebut akan dibawa ke pelabuhan AS.

"Kapal itu akan menuju ke pelabuhan AS, dan Amerika Serikat memang berniat untuk menyita minyak tersebut," kata Leavitt dalam sebuah jumpa pers pada hari Kamis. "Namun, ada proses hukum untuk penyitaan minyak itu, dan proses hukum tersebut akan diikuti."

Sebelumnya, Donald Trump, Presiden AS, telah menyampaikan kepada wartawan bahwa AS berencana untuk "menyimpan" minyak yang ada di dalam kapal tanker.

Saat ditanya apakah penyitaan itu merupakan eskalasi tekanan AS terhadap Maduro, Leavitt menjawab, "Saya pikir Presiden menganggap penyitaan kapal tanker minyak sebagai tindakan yang menjalankan kebijakan sanksi pemerintah." Ia menambahkan, "Perang yang berkepanjangan jelas bukan sesuatu yang diminati Presiden ini."

Dukungan Rusia dan Reaksi Keras Venezuela

Di tengah peningkatan ketegangan, Presiden Rusia Vladimir Putin segera menghubungi Maduro pada hari yang sama setelah penyitaan langka itu terjadi. 

Sebuah laporan dari Kremlin menyebutkan bahwa Putin menelepon Maduro untuk menyampaikan "solidaritas" dengan rakyat Venezuela dan menegaskan kembali dukungan Rusia terhadap pemerintah Venezuela saat ini, termasuk rencana kerja sama ekonomi dan energi.

Sementara itu, rezim Maduro bereaksi keras terhadap tindakan AS. Pemerintah Venezuela menyebut penyitaan kapal tanker minyak itu sebagai "pencurian terang-terangan" dan "tindakan pembajakan internasional," seraya menambahkan bahwa mereka akan "mempertahankan kedaulatan, sumber daya alam, dan martabat nasional dengan tekad mutlak."

Pilihan Pengasingan dan Kritik AS

Di sisi lain, negara-negara tetangga menyiratkan bahwa kepergian Maduro dapat membuka jalan menuju akhir krisis. 

Menteri Luar Negeri Kolombia, Rosa Villavicencio, dalam wawancara radio, mengindikasikan bahwa pemerintahnya bersedia menawarkan tempat tinggal atau "perlindungan" jika Maduro membutuhkannya, meskipun ia yakin Maduro kemungkinan akan memilih tempat yang lebih jauh.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Presiden Kolombia yang berhaluan kiri, Gustavo Petro, yang mendesak: "Sudah saatnya untuk amnesti umum dan pemerintahan transisi dengan melibatkan semua dan setiap orang," sambil menentang "invasi oleh pihak asing" di Venezuela.

Namun, tidak semua pihak di AS mendukung langkah penyitaan. Beberapa anggota parlemen senior dari Demokrat dan setidaknya satu dari Republik mengecam penyitaan kapal tanker itu. Salah satu senator Demokrat mengatakan bahwa Trump "menghantarkan kita menuju perang dengan Venezuela."

Tanker 'Armada Gelap' Sebagai Target Militer

Penyitaan Skipper bertepatan dengan sejumlah serangan terhadap kapal-kapal "armada gelap" lainnya secara global yang membawa minyak antar negara yang disanksi. 

Data maritim yang dikumpulkan oleh Windward, sebuah perusahaan data AI maritim, dan dibagikan kepada The Guardian menunjukkan bahwa kapal yang disita itu sering memalsukan lokasinya dan melakukan banyak perjalanan ke Venezuela dan Iran, yang juga berada di bawah sanksi AS, serta mengangkut minyak ke Tiongkok.

"Penyitaan Skipper oleh AS di lepas pantai Venezuela mengirimkan pesan kuat bahwa tanker armada gelap sekarang menjadi target militer yang sah," tulis perusahaan itu dalam analisisnya.

Meskipun pemerintahan Trump membingkai penyitaan hari Rabu itu sebagai tindakan penegakan hukum yang dipimpin oleh Penjaga Pantai AS, mantan menteri Venezuela dan pendukung oposisi, Ricardo Hausmann, berpendapat bahwa meningkatkan tekanan militer AS secara dramatis adalah satu-satunya cara untuk memaksa Maduro turun.

"Jika [Anda tahu Anda akan] menghadapi beberapa ancaman kinetik oleh kekuatan militer yang kredibel, maka tiba-tiba pergi ke pengasingan terdengar jauh lebih menarik," kata Hausmann.

Editor: Redaksi TVRINews

Komentar
1000 Karakter tersisa
Kirim
Komentar

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Potret Pemenang Nobel Maria Corina Machado Usai Kabur dari Venezuela
• 16 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
IHSG Sesi I Naik 0,45%, Saham Emiten Emas BRMS, ARCI hingga PSAB Semringah
• 36 menit lalukatadata.co.id
thumb
Tangis Laras Faizati Pecah di Pengadilan, Merasa 'Diselamatkan' Saksi Ahli UI
• 19 jam lalusuara.com
thumb
Banjir - Longsor Sumatera Picu Potensi Klaim Asuransi Capai Rp967 Miliar
• 16 jam lalutvrinews.com
thumb
Putri Sulung Mpok Alpa Hilang Tiga Hari, Keluarga Panik Menjelang Sidang Ahli Waris
• 36 menit lalugrid.id
Berhasil disimpan.