AS akan sita minyak dari kapal tanker yang ditangkap dekat Venezuela

antaranews.com
3 jam lalu
Cover Berita
Washington (ANTARA) - Pemerintahan Trump berencana menyita minyak dari sebuah kapal tanker yang ditangkap di lepas pantai Venezuela, kata Gedung Putih, Kamis (11/12), di tengah memuncaknya ketegangan dengan Caracas.

Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt membela tindakan AS itu, dengan menyebut kapal tersebut sebagai “kapal bayangan yang dikenai sanksi” dan “diketahui membawa minyak pasar gelap yang terkena sanksi” untuk Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.

“Presiden berkomitmen menghentikan arus narkotika ilegal ke negara kami. Ia juga berkomitmen penuh menegakkan kebijakan sanksi pemerintah ini. Itulah yang Anda lihat terjadi kemarin,” ujarnya.

Leavitt mengatakan para penyelidik kini berada di kapal, dan orang-orang yang berada di kapal saat pencegatan berlangsung sedang diwawancarai, sementara “seluruh barang bukti yang relevan turut disita.”

Baca juga: China peringatkan pihak asing tak campuri krisis politik Venezuela

Kapal itu sedang dibawa ke sebuah pelabuhan AS, dan pemerintahan Trump bermaksud memulai proses hukum untuk menyita kargonya secara resmi.

Jaksa Agung AS Pam Bondi, Rabu, mengatakan FBI, badan Investigasi Keamanan Dalam Negeri (HSI), dan Penjaga Pantai AS, dengan dukungan Departemen Pertahanan, telah melaksanakan surat perintah penyitaan terhadap kapal yang diduga digunakan untuk mengangkut minyak yang terkena sanksi dari Venezuela dan Iran.

Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil “sangat mengecam tindakan pencurian dan pembajakan internasional yang terang-terangan, yang diumumkan secara publik oleh presiden Amerika Serikat” itu.

Ia menegaskan insiden itu bukan yang pertama dan menuduh pemerintahan Trump menjalankan rencana terstruktur untuk merebut sumber energi Venezuela.

Gil menyebut Trump “secara terbuka menyatakan dalam kampanye 2024 bahwa tujuannya selalu mengambil minyak Venezuela tanpa membayar apa pun.”

Langkah tersebut hampir pasti akan semakin memanaskan hubungan dengan Caracas, ketika Trump terus menuntut Presiden Venezuela Nicolas Maduro mundur dari kekuasaan.

Pemerintahan Trump berulang kali mengatakan bahwa semua opsi, termasuk kekuatan militer, tetap terbuka di tengah pengerahan besar-besaran pasukan AS di kawasan itu.

Ketegangan meningkat sejak Washington memperkuat operasi maritim terhadap kelompok yang disebutnya sebagai “narko-teroris” di Laut Karibia dan Samudra Pasifik Timur.

Militer AS telah melakukan 22 serangan yang diketahui terhadap kapal-kapal tersebut sejak awal September.

Serangan-serangan itu, menurut Washington, telah menewaskan 87 orang dalam operasi yang diklaimnya sebagai upaya memutus jaringan narkotika transnasional.

Pemerintah Venezuela menyebut tindakan tersebut sebagai agresi sepihak, sementara pengamat menilai eskalasi terbaru ini dapat memicu krisis regional yang lebih luas.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Maduro akui berbicara lewat telepon dengan Trump, sambut dialog


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
GWM Puri Sebagai Perwujudan dari Kuatnya Potensi Pasar di Ibu Kota
• 23 jam lalumedcom.id
thumb
Prabowo Perintahkan Praktik Rente Layanan Haji Diberantas, Wamenhaj: Dibersihkan hingga ke Akarnya
• 6 jam lalukompas.tv
thumb
Gibran Jenguk Korban Tabrakan Mobil MBG di RSUD Cilincing: Atas Nama Pemerintah Saya Mohon Maaf
• 18 jam laludisway.id
thumb
Kepala BGN soal Sopir Pengangkut MBG Tabrak Siswa SD di Jakut: Mungkin Panik
• 19 jam lalukumparan.com
thumb
Usai Taklukkan Bangkok United, Bojan Hodak Puji Ketajaman Penyerangnya dan Bicara Potensi Persib Jumpa Al Nassr
• 23 jam lalubola.com
Berhasil disimpan.