Mengekor Wall Street, Bursa Saham Asia Dibuka Menguat

idxchannel.com
3 jam lalu
Cover Berita

Saham-saham Asia menguat pada perdagangan awal Jumat (12/12/2025), mengekor penguatan beberapa indeks utama Wall Street.

Mengekor Wall Street, Bursa Saham Asia Dibuka Menguat. Foto: Reuters.

IDXChannel - Saham-saham Asia menguat pada perdagangan awal Jumat (12/12/2025), mengekor penguatan beberapa indeks utama Wall Street usai The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga acuannya.

Melansir Investing, MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,7 persen.

Baca Juga:
Pemilihan Ketua The Fed Masuk Tahap Wawancara Akhir

Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin penguatan kawasan pada perdagangan pagi, naik 1 persen. Penguatan ditopang saham Softbank Group yang melonjak 6 persen menyusul laporan perusahaan yang tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi perusahaan pusat data AS, Switch Inc.

Sementara Topix menguat 1,18 persen. Kospi Korea Selatan naik 0,29 persen, sementara Kosdaq diperdagangkan di sekitar garis datar.

Baca Juga:
Bursa Asia Bergerak Beragam usai The Fed Pangkas Suku Bunga

Indeks acuan Australia S&P/ASX 200 menguat 0,83 persen. 

Baca Juga:
Dolar Melemah Usai Pengumuman Suku Bunga The Fed, Yield Obligasi AS Turun

Pasar kini memproyeksikan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga tahun depan, setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pandangannya terkait kenaikan suku bunga "bukanlah skenario dasar yang diarapkan siapa pun".

Dalam pernyataan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), tertulis bahwa komite akan secara hati-hati menilai data yang masuk dalam mempertimbangkan skala dan waktu penyesuaian suku bunga selanjutnya. 

Sebelumnya, keputusan The Fed menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50–3,75 persen menuai tiga perbedaan pendapat (dissent). 

Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee dan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid menilai suku bunga seharusnya ditahan, sementara Gubernur Fed Stephen Miran kembali mendorong pemangkasan yang lebih besar, yakni 50 basis poin.

Arah kebijakan moneter selanjutnya akan sangat ditentukan oleh data ekonomi yang masih tertunda akibat dampak penutupan pemerintahan federal selama 43 hari pada Oktober–November. 

Situasi ini terjadi menjelang tahun pemilu paruh waktu AS, ketika kinerja ekonomi diperkirakan menjadi isu utama, sementara Presiden Donald Trump terus mendorong pemangkasan suku bunga yang lebih agresif.

(NIA DEVIYANA)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Rapat Pleno PBNU Batal Digelar Hari ini, Gus Yahya: Rais Aam Tidak Hadir
• 17 jam laluokezone.com
thumb
Karyawan Pabrik Dibegal  Depan Polsek Kasokande, HP Dirampas dan Tangan Luka Parah
• 4 jam lalurealita.co
thumb
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian: Galeri24 dan UBS Kembali Naik, Cek Selengkapnya di Sini
• 5 jam lalukompas.tv
thumb
Sempat Lumpuh Akibat Banjir, RSUD Langsa Aceh Mulai Buka Layanan IGD dan ICU
• 21 jam lalugenpi.co
thumb
Polda Metro Turunkan Tim Trauma Healing Pulihkan Psikis Siswa SD di Jakut
• 13 jam laludetik.com
Berhasil disimpan.