Diminta Kembalikan Konsesi Tambang, Ini Jawaban Gus Yahya

kompas.com
2 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya buka suara soal adanya permintaan agar organisasinya mengembalikan konsesi tambang ke pemerintah.

Gus Yahya mengaku tidak masalah jika konsesi tambang yang diberikan kepada PBNU dikembalikan.

"Iya, itu (mengembalikan konsesi tambang) enggak masalah, tetapi semua harus dibicarakan bersama, karena keputusannya ini juga keputusan bersama," ujar Gus Yahya dalam konferensi pers di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (11/11/2025).

Baca juga: Benarkah Konsesi Tambang Jadi Pemicu Konflik PBNU? Ini Kata Gus Yahya

Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya menanggapi soal dugaan pemicu konflik internal PBNU yang disebabkan oleh persoalan konsesi tambang.

Gus Yahya mengatakan, selain karena tambang, ada hal lain yang menjadi penyebab munculnya polemik internal dalam tubuh organisasinya.

var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=PBNU, Yahya Cholil Staquf, Gus Yahya, konsesi tambang, konsesi tambang untuk PBNU, konflik pbnu, konflik internal PBNU, konsesi tambang PBNU&post-url=aHR0cHM6Ly9uYXNpb25hbC5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xMi8xMDA0MzQ2MS9kaW1pbnRhLWtlbWJhbGlrYW4ta29uc2VzaS10YW1iYW5nLWluaS1qYXdhYmFuLWd1cy15YWh5YQ==&q=Diminta Kembalikan Konsesi Tambang, Ini Jawaban Gus Yahya§ion=Nasional' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `
${response.judul}
Artikel Kompas.id
`; document.querySelector('.kompasidRec').innerHTML = htmlString; } else { document.querySelector(".kompasidRec").remove(); } } else { document.querySelector(".kompasidRec").remove(); } } }); xhr.open("GET", endpoint); xhr.send();

"Mungkin, mungkin saja, tapi bukan cuma itu. Ada yang lain," ujar Gus Yahya.

Baca juga: Gus Yahya Tak Ingin Ada Kubu-kubuan di PBNU

Ajakan Islah

Kendati demikian, Gus Yahya mendorong terjadinya islah atau berdamai antara kubu-kubu yang tengah berkonflik di PBNU saat ini.

Menurutnya, islah merupakan momen penting agar Muktamar NU tahun depan dapat berjalan sesuai dengan koridor konstitusi PBNU.

"Tidak ada jalan lain selain islah, daripada nanti muktamarnya jadi bermasalah, jadi tidak sempurna," ujar Gus Yahya.

Jika islah terwujud, Muktamar NU dapat digelar sebagai forum untuk menyelesaikan masalah internal dan menemukan titik temu.

"Kita selesaikan sampai muktamar, selesaikan di muktamar saja. Kita selesaikan pada saat itu saja. Ini bukan soal yang lain-lain. Masalah pasti ada, tapi kita selesaikan. Bisa, bisa kita selesaikan," ujar Gus Yahya.

Baca juga: Gus Yahya Tegaskan Ketum PBNU Hanya Bisa Diberhentikan Lewat Forum Tertinggi

Gus Yahya mengaku tidak ingin adanya perkubuan di PBNU yang merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.

"Kami tidak menyikapi masalah ini sebagai kubu mengkubu. Kami menghindari, menghindari persepsi sebagai kubu. Kami hanya ingin mempertahankan integritas tatanan organisasi," ujar Gus Yahya.

KOMPAS.com/Syakirun Ni'am Logo Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Dorongan Kembalikan Konsesi Tambang

Dorongan agar PBNU mengembalikan konsesi tambang yang diberikan pemerintah mencuat seiring terjadinya konflik internal di organisasi tersebut.

Salah satunya datang dari 40 warga NU alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan Petisi Terbuka yang berisi keprihatinan mendalam atas dinamika internal di tubuh PBNU yang mereka nilai telah mencederai marwah organisasi dan komitmen historis NU terhadap keadilan sosial–ekologis.

Para alumni menilai konsesi tambang yang diberikan pemerintah kepada PBNU tahun lalu telah memicu konflik internal dan merusak kepercayaan publik.

Baca juga: Konflik PBNU: Gus Yahya Tak Terima Ada Pj Ketum, Bakal Bikin Rapat Pleno

Mereka menyebut polemik yang terjadi antar pimpinan tertinggi Syuriah dan Tanfidziyah sebagai “petaka internal” yang sudah diperingatkan sejak awal.

“NU sebagai organisasi keagamaan tidak semestinya terlibat dalam bisnis ekstraktif yang sarat risiko konflik kepentingan dan kerusakan lingkungan. Konsesi tambang membawa jauh lebih banyak mudharat daripada manfaat,” demikian salah satu poin tegas dalam petisi tersebut.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-for-outstream'); });
.ads-partner-wrap > div { background: transparent; } #div-gpt-ad-Zone_OSM { position: sticky; position: -webkit-sticky; width:100%; height:100%; display:-webkit-box; display:-ms-flexbox; display:flex; -webkit-box-align:center; -ms-flex-align:center; align-items:center; -webkit-box-pack:center; -ms-flex-pack:center; justify-content:center; top: 100px; }
LazyLoadSlot("div-gpt-ad-Zone_OSM", "/31800665/KOMPAS.COM/news", [[300,250], [1,1], [384, 100]], "zone_osm", "zone_osm"); /** Init div-gpt-ad-Zone_OSM **/ function LazyLoadSlot(divGptSlot, adUnitName, sizeSlot, posName, posName_kg){ var observerAds = new IntersectionObserver(function(entires){ entires.forEach(function(entry) { if(entry.intersectionRatio > 0){ showAds(entry.target) } }); }, { threshold: 0 }); observerAds.observe(document.getElementById('wrap_lazy_'+divGptSlot)); function showAds(element){ console.log('show_ads lazy : '+divGptSlot); observerAds.unobserve(element); observerAds.disconnect(); googletag.cmd.push(function() { var slotOsm = googletag.defineSlot(adUnitName, sizeSlot, divGptSlot) .setTargeting('Pos',[posName]) .setTargeting('kg_pos',[posName_kg]) .addService(googletag.pubads()); googletag.display(divGptSlot); googletag.pubads().refresh([slotOsm]); }); } }

Baca juga: Rais Syuriyah Tegaskan Keabsahan Rapat Pleno Pemilihan Pj Ketum PBNU

Dalam petisi yang dirilis secara terbuka itu, para alumni NU UGM menyampaikan empat tuntutan utama kepada PBNU:

  1. PBNU diminta segera mengembalikan konsesi tambang;
  2. Pengurus PBNU yang tak selaras dengan prinsip keadilan ekologis diminta mundur;
  3. Mendesak Muktamar dipercepat tanpa melibatkan aktor konflik;
  4. Mengembalikan NU pada peran asasi sebagai penjaga umat dan alam.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Aceh Gelap Gulita: Listrik Belum Pulih, Koneksi Internet Putus Usai Banjir | BERUT
• 10 jam lalukompas.tv
thumb
KAI Daop 1 Jakarta Siapkan 1.732 Perjalanan Layani Mobilitas Nataru 2025/2026
• 2 jam lalutvrinews.com
thumb
Klasemen Liga Champions Matchday 6, Arsenal Masih kokoh di Puncak
• 16 jam lalubisnis.com
thumb
Soal CPNS 2026, Ini Pernyataan Resmi KemenPAN-RB
• 18 jam laluharianfajar
thumb
3 Negara Rebut Satu Tiket Semifinal SEA Games 2025, Milik Timnas Indonesia U-22 atau Malaysia?
• 1 jam lalutvonenews.com
Berhasil disimpan.