FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Aktris sekaligus model Erika Carlina kembali mencuri perhatian publik.
Bukan lewat proyek film atau penampilan terbarunya, melainkan dari pengakuannya saat perjuangan panjang melawan gangguan mental yang selama ini tak banyak diketahui orang.
Dalam sebuah acara peluncuran Exomind di Superb Clinic, Jakarta Selatan, Senin (8/12).
Erika bercerita bahwa ia sempat berada di titik terberat hidupnya akibat Generalized Anxiety Disorder (GAD) akut.
Kondisi tersebut, menurutnya, tidak hanya mengganggu emosinya, tetapi juga merusak kesehatan fisik.
“Aku pernah ada di fase punya kulit yang sangat breakout dan susah banget disembuhkan. Pakai segala macam skincare gak cocok, ketemu dokter mana pun juga gak cocok. Sempat berpikir apa karena stres atau kerjaan. Karena kan kerjaan aku kalo syuting film bisa dari pagi bisa sampai pagi lagi,” ungkap Erika.
Ia tak menampik gaya hidupnya saat itu ikut memperburuk keadaan.
“Terus gak bisa dipungkiri dengan night life juga yang kurang sehat, jadi mempengaruhi juga,” tambahnya.
Namun, belakangan ia mengetahui bahwa penyebab terbesar adalah gangguan kecemasan yang sudah berada pada level akut.
Diagnosa itu ia terima setelah menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
“Aku pribadi juga punya mental illness. Aku didiagnosis Generalized Anxiety Disorder (GAD). GAD aku itu sudah di tingkat akut. Itu kepala aku sempat botak, botaknya itu besar-besar dan itu sangat mempengaruhi kerja aku juga,” tuturnya.
Erika menjelaskan bahwa gejala GAD muncul tanpa adanya pemicu, berbeda dengan panic attack yang biasanya dipengaruhi kondisi tertentu.
“GAD itu tanpa sebab, beda sama anxiety disorder atau panic attack. Kalau panic attack itu ada trigger-nya. Kalau GAD, aku lagi ngobrol begini, dulu aku bisa sesak napas, bisa yang kayak ketakutan,” jelasnya.
Kini kondisinya jauh membaik, meskipun ia menyadari gangguan tersebut belum hilang sepenuhnya.
“Puji Tuhan sekarang membaik, tapi tidak hilang,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Erika juga menyinggung ketertarikannya pada teknologi kesehatan mental terbaru yang diperkenalkan, yaitu Exomind.
Ia menyebut teknologi tersebut berpotensi menjadi bagian dari perjalanan terapinya ke depan.
“Mungkin dengan adanya teknologi ini nanti aku akan coba dan aku akan terapin karena memang harus dua kali seminggu juga, nanti prosesnya akan aku share ke Instagram aku,” ujarnya.
Sementara itu, dokter bedah plastik dr. Danu Mahandaru, Sp.BP-RE, FICS, menjelaskan bagaimana teknologi tersebut bekerja.
“Exomind bekerja dengan menstimulasi area-area kunci otak yang berperan dalam regulasi emosi, fungsi kognitif, dan pengendalian diri. Dengan mengaktifkan jalur saraf penting, Exomind membantu memulihkan aktivitas otak yang sehat serta meningkatkan konektivitas neuronal,” terang dr. Danu.
Teknologi ExoTMS™ yang digunakan dalam Exomind merupakan pengembangan dari metode TMS (Transcranial Magnetic Stimulation) yang telah mendapatkan FDA cleared dan CE-Mark.
Menurut dr. Danu, terapi ini dapat membantu menangani berbagai masalah kesehatan mental mulai dari depresi, kecemasan, OCD, overthinking, binge eating, insomnia, hingga gangguan perilaku lainnya. (Wahyuni/Fajar)




