Kementerian ESDM akan tetap mempertimbangkan tawaran teknologi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang paling efisien dari berbagai negara, tidak hanya Rusia.
Hal ini menyusul pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang ingin menawarkan dukungan teknologi nuklir saat bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Kremlin, Moskow, Rabu (10/12).
Wamen ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, Indonesia harus memenuhi persyaratan International Atomic Energy Agency (IAEA) sebelum membangun PLTN. Salah satunya dengan pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO).
Pembentukan NEPIO di Indonesia tercantum dalam rancangan Keputusan Presiden (Keppres). Yuliot mengungkapkan saat ini prosesnya sudah selesai harmonisasi, baru kemudian pemerintah akan mencari mitra.
"Setelah pengundangan itu nanti kita akan menyampaikan ke IAEA untuk mendapatkan persetujuan NEPIO. Jadi harapannya itu nanti kita akan memilih mitra dalam rangka pembangunan PLTN," katanya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/12).
Yuliot membenarkan Rusia merupakan salah satu negara yang menawarkan teknologi PLTN kepada Indonesia. Namun, ada negara lain seperti Korea Selatan dan Kanada yang memberikan tawaran.
"Ada vendor teknologi, ada Korea juga sudah menghubungi, Kanada juga sudah menghubungi. Itu nanti kita akan melihat dari sisi pembangunan PLTN-nya, mana yang lebih efisien, kompetitif dan juga ini kita melihat dari sisi output," jelasnya.
Sejauh ini, Indonesia berencana membangun PLTN pertama dengan teknologi small modular reactor (SMR) dengan kapasitas 250 megawatt (MW). Sementara untuk skala besar, PLTN biasanya bisa mencapai kapasitas 1,4 gigawatt (GW).
Yuliot pun berharap, semakin efisien dan kompetitif teknologi PLTN yang digunakan, maka Harga Pokok Produksi (HPP) listrik yang dibeli PT PLN (Persero) bisa semakin murah.
"Jadi nanti kita akan memilih dari sisi besaran investasi, output dan juga ini efisiensi. Jadi yang kita harapkan dengan adanya PLTN, harga HPP yang dijual ke PLN atau dibeli oleh PLN bisa lebih bersaing," pungkas Yuliot.
Sebelumnya, Putin menegaskan hubungan Rusia-Indonesia terus menunjukkan tren positif. Ia menyebut kedua negara memperingati 75 tahun hubungan diplomatik pada tahun ini. Menurutnya, kedua negara menunjukkan kerja sama ekonomi dan perdagangan yang meningkat.
"Kita memiliki prospek yang sangat baik di bidang energi, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Saya tahu bahwa negara Anda memiliki rencana seperti itu, dan kami selalu siap membantu Anda jika Anda menganggap memungkinkan untuk melibatkan spesialis kami," kata Putin dalam pertemuan bilateral tersebut.



