JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar Loak Jatinegara, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pasar Jembatan Item, selalu punya caranya sendiri untuk mempertahankan kehidupan.
Di tengah ketidakpastian ekonomi, persaingan dengan penjualan online, hingga perubahan wajah kota, para pedagang di pasar loak ini terus bertahan sering kali hanya bersandar pada keberuntungan hari itu.
“Saya sudah dua belas tahun jualan di sini, Mas. Penghasilan naik turun, kalau lagi hoki bisa dua juta, tapi kalau sial ya seratus ribu juga syukur,” kata Supri (54), salah satu pedagang yang menempati kios semi permanen dekat Jalan Bekasi Barat kepada Kompas.com, Rabu (10/12/2025).
Baca juga: Menyelami Pesona Pasar Loak Jatinegara, Surga Barang Bekas di Jakarta Timur
Ia duduk di kursi plastik biru sambil mengelap teko tembaga yang dipajang di rak kayunya.
Supri termasuk pedagang yang menjadi penanda bagaimana pasar ini bergerak dari waktu ke waktu.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=barang bekas , pasar loak, kolektor, indepth, barang antik, Pasar Loak Jatinegara, pedagang&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xMi8xMTI5MTQ1MS9jZXJpdGEtcGVkYWdhbmctbG9hay1qYXRpbmVnYXJhLWJlcnRhaGFuLWRpLXRlbmdhaC1rZXRpZGFrcGFzdGlhbi1kYW4=&q=Cerita Pedagang Loak Jatinegara Bertahan di Tengah Ketidakpastian dan Persaingan Online§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Barang antik, ornamen kuningan, patung kayu, keramik, hingga jam dinding jadul ia tata rapi di kios yang selalu ramai dilirik pemburu dekorasi.
“Barang antik itu tergantung hoki. Kadang yang datang kolektor, kadang orang dekor kafe, kadang ya sepi. Kita nggak pernah tahu,” katanya.
Pasar Loak Jatinegara terletak di Jalan Bekasi Barat III, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Tidak semua pedagang memiliki kios seperti Supri. Sebagian besar justru berjualan seadanya di atas terpal.
Salah satunya adalah Raden (39), pedagang aksesori dan barang kecil.
Raden berjualan di terpal dekat pintu masuk pasar. Lapaknya berisi charger, earphone, jam tangan bekas, korek api, lampu kecil, dan perkakas murah lainnya.
“Saya sudah sebelas tahun di sini. Dulu bantu saudara, lama-lama buka sendiri,” katanya.
Baca juga: Pasar Loak Jatinegara Tetap Jadi Buruan Kolektor di Tengah Era Digital
Penghasilannya hanya Rp 50.000–100.000 per hari, tetapi bisa naik menjadi Rp 200.000 saat akhir pekan. Meski begitu, lapaknya sangat terpengaruh cuaca.
“Kalau hujan, ya bubar. Barang elektronik kecil kalau kena air langsung rusak semua. Pernah terpal bocor, waduh, habis barang saya,” ujar Raden.
Barang-barang yang ia jual sebagian didapat dari Glodok, sebagian lainnya dari pengepul barang bekas yang datang dari rumah ke rumah atau membeli dari orang yang hendak menjual barang secara putus.
“Namanya jualan kecil, modal kecil, untung kecil. Tapi ya ini yang saya bisa,” kata Raden dengan suara pasrah namun tetap ringan.
Lapak Pakaian BekasDi lorong tengah pasar, Kompas.com bertemu Putra (39), pedagang pakaian dan koper bekas. Ia baru enam tahun berdagang di pasar ini.
“Dulu saya ojek online. Terus ikut saudara buka lapak pakaian, akhirnya saya terusin,” ujar Putra.
Lapaknya dipenuhi celana jeans, jaket, tas selempang, kaus, hingga koper berbagai ukuran.
Ia mengaku mendapat barang dari kontainer bekas impor dan pengepul lokal yang mencari barang dari rumah-rumah pindahan.
Kalau ramai, Putra bisa mendapat Rp 500.000–1.000.000 per hari. Namun belakangan ini ia mengaku penjualan makin sulit.
“Sekarang susah, Bang. Banyak yang cari pakaian bekas lewat online,” katanya.
Baca juga: Berburu Hoki di Jembatan Item, Cerita Pembeli hingga Kolektor Mencari Barang Langka
Meski begitu, pembeli tetap beragam mulai dari anak muda yang berburu jaket vintage, pekerja luar kota yang membutuhkan koper murah, hingga pedagang yang membeli borongan untuk dijual kembali.
Namun kerugian sering datang tanpa diduga.

