Jakarta (beritajatim.com) – Di tengah gempuran informasi dan ketidakpastian digital, kepercayaan (trust) menjadi mata uang paling berharga. Hal ini menjadi sorotan dalam sesi diskusi bertajuk “Membangun Trust Lewat Cerita & Integritas” yang berlangsung di Learning Center CIMB Niaga, Gunung Geulis, Bogor, Jumat (12/12/2025).
Diskusi ini menghadirkan jurnalis senior Aiman Witjaksono dan Head of Digital Banking & Contact Center CIMB Niaga, Lusiana Saleh. Aiman mengupas tuntas cara media dan korporasi mempertahankan kredibilitas di era media sosial yang penuh dengan sabotase narasi.
Aiman Witjaksono, jurnalis senior yang dikenal dengan gaya investigasinya yang tajam, membuka pandangan baru mengenai netralitas pers. Ia menegaskan bahwa dalam konteks tertentu, seorang jurnalis justru tidak boleh bersikap netral.
“Wartawan itu harus tidak netral, tapi berpihak pada value (nilai). Ada perbedaan mendasar antara etika yang berkaitan dengan nilai, dengan sekadar kesopanan,” tegas Aiman.
Menurutnya, jurnalisme adalah bagian dari jihad, dalam arti kesungguhan untuk berkontribusi terhadap bangsa. Ia menyoroti fenomena empat tahun terakhir di mana konsumsi TV dan berita justru naik 12 persen.
Hal ini membuktikan bahwa di tengah ketidakpastian (uncertainty), publik mencari kepastian (certainty) yang hanya bisa diperoleh lewat kredibilitas media arus utama. “Media hadir untuk memberikan kejelasan di tengah ketidakpastian, mengubah uncertainty menjadi certainty,” tambahnya.
Aiman menyinggung tantangan terbesar saat ini: Narrative sabotage atau sabotase narasi yang kerap terjadi di media sosial. Algoritma raksasa teknologi seperti Google, Meta, dan TikTok memegang kunci distribusi informasi, namun sering kali narasi yang dibangun di sana mengaburkan fakta.
“Kuncinya ada pada check and balance. Jika media tidak menjaga kredibilitas, bangsa ini bisa hancur,” peringat Aiman menegaskan soal pentingnya kedaulatan informasi.
Dari sisi korporasi, Lusiana Saleh, Head of Digital Banking & Contact Center CIMB Niaga, membagikan perspektifnya dalam membangun kepercayaan nasabah di sektor perbankan yang sangat sensitif.
Bagi Lusiana, membangun kepercayaan tidak cukup hanya dengan janji manis, melainkan harus berbasis bukti (evidence-based).
“Kami membangun trust lewat cerita yang nyata. Aman, memberikan yang terbaik, dan customer centricity. Kami mendengarkan apa yang nasabah butuhkan (we listen to them),” ujar Lusiana.
Ia menjelaskan bahwa aplikasi digital seperti OCTO Mobile bukan sekadar alat transaksi, melainkan wujud pemenuhan janji kepada nasabah. Menanggapi riuhnya media sosial, Lusiana memiliki pandangan bijak.
“Media sosial itu adalah platform. Alih-alih sibuk menyalahkan hoaks, kami fokus menyajikan berita dan layanan yang benar serta berintegritas,” pungkasnya. (dan/kun)


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5441193/original/007702100_1765456996-1000704896.jpg)

