GenPI.co - Sebuah restoran di Dubai mencuri perhatian publik dengan klaim sebagai tempat pertama di dunia yang menghadirkan chef AI.
Langkah ini menjadi salah satu upaya terbaru kota yang dikenal ambisius tersebut dalam memanfaatkan teknologi masa depan.
Dubai makin populer sebagai destinasi kuliner internasional, mulai dari restoran berbintang Michelin hingga kedai sederhana yang menyajikan cita rasa autentik Timur Tengah dan Asia.
Namun, di restoran Woohoo, sosok di balik kreasi menu bukanlah manusia, melainkan sebuah sistem kecerdasan buatan bernama Chef Aiman.
AI ini dilatih menggunakan ribuan resep, penelitian kuliner bertahun-tahun, dan pengetahuan gastronomi molekuler.
Menurut pihak restoran, Chef Aiman mampu mengoptimalkan menu sekaligus menyeimbangkan rasa.
Meski demikian, memasak dan penyajian makanan tetap dilakukan koki manusia.
"Saya percaya, suatu hari nanti AI mungkin bisa menciptakan hidangan yang lebih baik daripada manusia," ujar salah satu pendiri Woohoo asal Turki, Ahmet Oytun Cakir, dilansir AFP, Kamis (11/12).
Sebagian besar menu Woohoo mengusung konsep fusi internasional, tetapi beberapa kreasi AI tampil sangat unik.
Salah satu menunya bernama "tartar dinosaurus", hidangan yang diklaim memunculkan kembali cita rasa reptil punah menggunakan pemetaan DNA.
Dengan harga sekitar 50 euro, hidangan ini memiliki sensasi seperti daging mentah dan disajikan di atas piring yang berdenyut, memberikan efek seolah hidup.
"Rasanya benar-benar mengejutkan. Sangat lezat," komentar salah satu pelanggan, Efe Urgunlu.
Nuansa futuristis restoran ini makin diperkuat dengan hologram AI, animasi fiksi ilmiah, dan komputer silinder raksasa yang dipasang sebagai "otak" visual dari pengalaman bersantap.
Koki Serhat Karanfil tetap mengawasi memasak dan mengakui bahwa dia tidak selalu sejalan dengan selera Chef Aiman.
"Kalau saya coba dan rasanya terlalu pedas, saya akan berdiskusi lagi dengan Aiman sampai menemukan keseimbangan yang tepat," katanya.
Bahkan, dia berharap suatu hari nanti Chef Aiman bisa menjadi "Gordon Ramsay versi AI".
Meski inovatif, tidak semua pelaku kuliner Dubai terkesan.
Koki peraih bintang Michelin, Mohamad Orfali, menolak gagasan tentang keberadaan koki AI.
"Tidak ada yang namanya koki AI," tegasnya.
Menurut dia, memasak membutuhkan "nafas", istilah Arab untuk menggambarkan jiwa dan sentuhan personal seorang koki.
"AI tidak punya perasaan atau ingatan. AI tidak memiliki nafas untuk ditanamkan ke dalam makanan," tuturnya.
Orfali menggunakan AI hanya untuk tugas administratif seperti penjadwalan dapur dan riset tambahan.
"Sebagai asisten, iya. Namun, AI tidak akan memasak," ucapnya. (*)
Video seru hari ini:



