Jakarta, CNBC Indonesia - Ratusan drone Ukraina dilaporkan menyerang Rusia, Kamis waktu setempat. Dalam update AFP, Jumat (12/12/2025), setidaknya 300 drone Ukraina ditembak pasukan negeri itu semalaman.
Serangan ini disebut-sebut sebagai salah satu serangan massal terbesar Ukraina dalam konflik tersebut. Ratusan penerbangan masuk dan keluar dari bandara Moskow dibatalkan kemarin.
"Puing-puing dari drone Ukraina menghantam blok apartemen di barat laut Moskow, melukai tujuh orang dan memicu kebakaran," kata pihak berwenang Rusia.
"Di Tver, kami sedang berjuang mengatasi dampak jatuhnya puing-puing dari drone di sebuah bangunan tempat tinggal," tambahnya.
Dilaporkan pula enam orang dewasa dan seorang anak terluka. Sekitar 20 orang harus dievakuasi.
Di sisi lain, kantor berita negara Tass mengatakan puing-puing drone memicu kebakaran di sebuah apartemen lain. Ini juga membuat jendela beberapa apartemen lainnya hancur.
Ukraina dan Rusia terjebak perang sejak 2022. Bukan hanya Ukraina, Rusia juga rajin melancarkan serangan drone ke bekas sesama Uni Soviet itu.
Trump FrustrasiSementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump "sangat frustrasi" dengan Kyiv dan Moskow. Trump kini memang getol memediasi kedua negara meski negosiasi untuk mengakhiri perang terus tersendat.
"Presiden sangat frustrasi dengan kedua pihak dalam perang ini," kata Juru Bicara AS, Karoline Leavitt kepada wartawan.
"Dia tidak menginginkan pembicaraan lagi. Dia menginginkan tindakan. Dia ingin perang ini berakhir," tambahnya.
"Utusan khususnya, (Steve) Witkoff, dan timnya terus berbicara dengan kedua pihak, tepat saat ini."
Awal pekan ini, Trump menyatakan ketidaksabarannya terhadap Ukraina dan sekutu-sekutu Eropanya, Prancis, Inggris, dan Jerman. Ia mengatakan bahwa "kata-kata keras" dipertukarkan dalam panggilan telepon dengan para pemimpin tersebut.
Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa pembicaraan lebih lanjut direncanakan akhir pekan ini. Bahwa, pertemuan internasional tentang Ukraina dapat berlangsung awal pekan depan, tetapi partisipasi Amerika tidak dijamin.
"Jika ada peluang nyata untuk menandatangani perjanjian perdamaian, jika kami merasa bahwa pertemuan-pertemuan tersebut layak dihadiri oleh seseorang dari Amerika Serikat akhir pekan ini, maka kami akan mengirim perwakilan," ujarnya.
"Masih belum pasti apakah kami percaya perdamaian sejati dapat dicapai dan kami benar-benar dapat memajukan proses ini," tambahnya.
(sef/sef)

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5439762/original/092982700_1765373615-ramon.jpg)
